Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal

Oleh: Badiana (guru SMK Muhammadiyah Sinjai)
Oleh: Badiana (guru SMK Muhammadiyah Sinjai)

Pendidikan di Indonesia telah lama menjadi perbincangan dan menyoroti tentang keterbelakangannya dengan membandingkan kemajuan pendidikan di negara lain. Sorotan masalah pendidikan itu muncul dari kalangan masyarakat, pemerintah, negara-negara regional Asia Tenggara, maupun dunia.

Sorotan ini memerlukan keterlibatan dari semua elemen masyarakat agar dapat ikut serta berfikir mencari jalan keluar untuk kembali berupaya mengangkat kualitas pendidikan. Sebab, pendidikan merupakan suatu kebutahan dasar manusia, karena dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan, nilai, sikap serta keterampilan. Sehingga manusia dapat menjamin keterbelangsungan hidupnya agar lebih bermartabat.

Melalui pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga memiliki kemampuan untuk membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki karakter yang kuat pula yang berasal dari nilai-nilai yang digali dari budaya masyarakat.

Derasnya globalisasi dan ketatnya puritanisme dikhawatirkan dapat mengakibatkan terkikisnya rasa cinta terhadap budaya lokal. Sehingga kebudayaan lokal yang merupakan warisan leluhur terinjak-injak oleh budaya asing. Bahkan slogan “AKU CINTA PRODUK INDONESIA” hanya sebagai nyanyian indah saja di mulut anak muda saat ini.

Aplikasi nyatanya yang didapatkan di lapangan, kaum muda sekarang lebih bangga menggunakan produk asing daripada produk Indonesia. Modernisasi mengikis budaya lokal menjadi kebarat-baratan yang sama sekali kita tidak pahami. Agar Eksistensi budaya tetap kukuh maka diperlukanlah generasi penerus perjuangan bangsa yang perlu ditanamkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh disekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam proses pembelajaran.

Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral, karna pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/ peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kecil yang dapat kita realisasikan disekolah adalah kegiatan yang mengasikan dan sangat berkesan yaitu kegiatan mendongeng yang dapat menumbuhkan minat anak untuk membaca, Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas.

Mendongeng adalah sebuah cara yang paling Ampuh untuk menanamkan pesan moral pada Anak-anak. Tentunya dengan harapan mereka bisa mengambil suatu pelajaran berharga dari setiap dongeng yang mereka dengarkan. Kegiatan mendongeng harus dibiasakan sebab Dongeng bagian dari kebudayaan Indonesia dimana hampir setiap daerah memiliki dongeng-nya tersendiri.

Bukan sekedar menghibur namun juga mendidik, menanamkan akhlak dan moral terhadap anak. Namun sangat disayangkan, kemajuan Zaman telah mengikis budaya dongeng akibat pengaruh teknologi dan informasi. Seperti Hadphone, Tablet dan Televisi. Tak heran budaya mendongeng sudah jarang kita jumpai. Kebanyakan cerita-cerita dahulu yang didongengkan dirubah dalam bentuk video dan film.

Mari kita sebagai tenaga pendidik membudayakan kegiatan mendongeng sebagai dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas. Menjadi Sosok Guru Zaman Now makin susah susah gampang pengaruh teknologi dan informasi makin susah dibendung. Namun bukan berarti kita harus membiarkan anak-anak tumbuh dan berkembang tanpa arah. (*)