Kemah Literasi Inklusi Mendapat Apresiasi dari Peserta

Pengelola Perpustakaan Kambing, Usman (kiri) saat menerima donasi buku dari Direktur eLSIM (kanan). Kunjungan ke Perpustakaan Kambing adalah salah satu rangkaian acara Kemah Literasi Inklusi Sulawesi Selatan. (foto: ZAR/sinjaiinfo)

Sinjai.Info, Kanreapia,– Kemah Literasi Inklusi Sulawesi Selatan berakhir pada Minggu (21/7/2019) siang. Sebagian besar pegiat dan pemerhati literasi dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan secara mandiri ini.

Pemerhati literasi dari Kabupaten Sinjai, Abdul Wahid, bahkan mengaku baru pertama kali mengikuti perkemahan seperti kemah inklusi di Kampung Sayur Kanreapia, Kabupaten Gowa. Ia yang aktif di Gerakan Pramuka, mengaku belum pernah mengikuti kemah yang dikemas sederhana namun hasilnya luar biasa.

“Manfaatnya luar biasa meski dilakukan secara mandiri. Kami mendapatkan wawasan yang lebih banyak tentang gerakan literasi di Sulawesi Selatan,” kata Abdul Wahid, yang sehari-hari bekerja di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Sinjai.

Salah satu penggagas Kemah Literasi dari Rumah Forum Literasi Sulawesi Selatan, Andika Mappasomba, memang mengakui bahwa Kemah Inklusi ini hanya berawal dari diskusi di Rumah Forum bersama pegiat literasi dari eLSIM lalu dilanjutkan di Rumah Koran Kanreapia. “Bahkan dari awal hingga akhir tidak ada kepanitiaan yang kami bentuk. Semua bergerak secara mandiri,” terangnya.

Selama dua hari pelaksanaan, peserta Kemah Literasi Inklusi menerima materi Teknologi Tepat Guna sekaligus praktik penggunaan alat, kunjungan ke Perpustakaan Kambing yang dikelola Usman. Di Perpustakaan Kambing ini, Usman menjalankan usaha penjualan bibit kambing dan mendirikan rumah literasi di samping kandang kambing miliknya.

Kemudian Kemah Inklusi ditutup dengan kunjungan di Rumah Koran Kanreapia. Rumah Koran digagas oleh Jamaluddin dg. Abu, petani setempat yang sudah menerima penghargaan literasi pertanian dari Pemerintah RI. Selain bertani sayur mayur, Jamaluddin mendirikan Rumah Koran sebagai wadah untuk warga setempat berdiskusi dan menulis, serta melakukan upaya-upaya penyelamatan lingkungan. Usai diskusi, Jamal, sapaan akrabnya, meminta semua peserta ke kebunnya untuk memetik sayur. (ZAR)