Sinjai.Info, Sinjai Selatan,– Belasan santri sambil menenteng ember, berjalan kaki dari pondok pesantren ke lokasi sumber air di Dusun Bulu Jampi, Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan. Jaraknya sekira satu kilometer.
Mereka adalah santri dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Wadi Mubarak. Aktivitas ini mereka lakukan sejak pekan lalu. Bukan semata karena pengaruh musim kemarau. Tapi juga akibat tidak berfungsinya PAMSIMAS di wilayah mereka.
PAMSIMAS adalah Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Proyek PAMSIMAS di Desa Garaccing telah ada sejak 2021.
PAMSIMAS diharapkan meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum, dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat.
Menurut ustaz Zulham, salah satu guru di Pesantren Wadi Mubarak, sejak musim kemarau mereka harus berjuang mengambil air di tempat yang jauh. Mereka harus bangun lebih cepat karena harus mengambil air, membawa timba, dan alat mandi ke lokasi sumber air yang jaraknya sekitar satu kilometer.
“Kami harus jalan kaki melewati pematang sawah, dan mendaki serta melewati batu cadas ke lokasi sumber air. Kami berharap ada bantuan air dari PDAM Sinjai ke pondok kami,” harap ustaz Zulham.
Harapan yang sama disampaikan Syamsul, warga Gareccing. “Kalau saya, pemerintah daerah harus memperjelas pengelolaan PAMSIMAS karena itu salah satu cara mengatasi persoalan air bersih di Bulu Jampi khususnya di pondok pesantren,” terang Syamsul kepada Sinjai Info, Minggu (27/8/2023) siang.
Menanggapi harapan masyarakat dan pengelola pondok pesantren, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Sinjai, Sabri Arsyad, mengaku telah menghubungi kelompok yang mengelola PAMSIMAS.
“Iye. Info dari pengurus kelompok pengelola KPSPAM di sana, pompa air perlu dioptimalkan dan mereka usahakan untuk lakukan perbaikan atau servis,” tulis Sabri menjawab pertanyaan yang dikirim Sinjai Info.
Jika mengacu pada prakiraan cuaca BMKG, puncak musim kemarau di Sulawesi Selatan terjadi pada Juli hingga September 2023.
(kari/zar)