Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Semasa hidupnya ulama kharismatik Sinjai K.H. Muhammad Tahir atau Puang Kali Taherong, diriwayatkan kerap berziarah ke makam seorang ulama yang berada di dekat Masjid Raayatul Hidayah, Kelurahan Biringere, Kecamatan Sinjai Utara.
Makam tersebut adalah milik K.H. Abdurrahman La Tjambang atau akrab dengan sebutan Imam Timurung. Imam Timurung adalah guru dari Puang Kali Taherong.
K.H. Abdurrahman dilahirkan di Sinjai tahun 1837. Ia diberi nama La Tjambang saat lahir. Namun ketika memperdalam ilmu agama Islam di Mekah, oleh gurunya yang bernama Abbas Kararah, nama La Tjambang diganti menjadi Abdurrahman.
Literatur tentang peran K.H. Abdurrahman pada misi syiar Islam di Sulawesi Selatan masih sangat minim ditemukan. Namun dikutip dari tulisan Dosen UIN Alauddin Makassar, Dr. Firdaus Muhammad, diungkap beberapa fakta penting tentang peran kyai kharismatik ini dalam membumikan Islam di Sinjai dan daerah sekitarnya.
Menurut Firdaus Muhammad, dikutip dari tribun timur, terdapat catatan milik Tajuddin Nur pada 14 November 1983. Tajuddin adalah turunan ketiga Anregurutta/K.H Abdurrahman (Imam Timurung) yang pernah bertugas di Kanwil Kemenag Sulsel.
Dalam catatan itu diuraikan bahwa Imam Timurung belajar di Mekah selama 18 tahun. Kemudian pulang ke Sinjai tempat kelahirannya. Selanjutnya orang tuanya membawanya ke Belawa Kabupaten Wajo untuk dinikahkan dengan seorang wanita keturunan bangsawan bernama Fatimah, putri dari La Bolong.
Setelah menikah dengan Fatimah, K.H Abdurrahman La Tjambang minta izin ke mertuanya untuk kembali ke Mekah dengan alasan memperdalam ilmu yang ia miliki. Tetapi kedatangan di Mekah kedua kalinya ini tidak lama hanya sekitar dua tahun. Hanya untuk memperkaya ilmu-ilmu Fikih.
Sepulang dari Mekah, K.H Abdurrahman meminta izin ke mertuanya pulang ke Sinjai dengan niat mendirikan pondok pesantren. Namun dalam perjalanan pulang ke Sinjai, saat melewati Bone, kehadirannya diketahui Raja Bone XXX, Fatimah Banri. Raja Bone lalu memintanya menduduki jabatan Kadhi di Kerajaan Bone.
Hanya saja K.H Abdurrahman menolak tawaran tersebut dengan alasan ilmunya masih belum cukup untuk menduduki jabatan Kadhi. Ia hanya siap jika diberi amanah menjadi Imam.
Akhirnya Ia diamanahi menjadi Imam di wilayah Timurung, dan menjadi Imam sekira 24 tahun lamanya. Selama memangku jabatan Imam di Timurung, K.H Abdurrahman membuka pesantren dan mengajarkan ilmu Tajwid, Nahwu, Sharaf, Tafsir, Fikih, dan Tauhid.
Tugasnya sebagai Imam Timurung nantinya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Anregurutta (AGH) Muhammad Said.
Dalam catatan Tajuddin Nur, K.H. Abdurrahman La Tjambang seangkatan dengan seorang ulama besar, yakni AGH Zainul Abidin yang berasal dari Lagosi Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo. (ZAR)