“Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan”.
Penggalan puisi karya Joko Pinurbo, ini menggambarkan bagaimana Yogyakarta dirasakan dan dialami oleh banyak orang, terutama para perantau dan pendatang yang memiliki ikatan emosional dengan kota tersebut.
Ini pula yang dirasakan Alamsyah dan Kiki hingga menginspirasi pasangan suami isteri ini mendirikan angkringan atau warung di pinggir jalan, di Kabupaten Sinjai.
“Saya terinspirasi saat masih kuliah di Jogja. Angkringan adalah tempat makan favorit. Bahkan waktu saya jalan-jalan ke Bantul, saya liat angkringan menjadi tempat berdiskusi. Angkringan di sana 24 jam,” turut Alamsyah.
Sekembalinya di Sinjai Alamsyah dan isterinya tidak langsung mendirikan usaha. Mereka masih dalam tahap pengenalan pasar. Barulah pada 4 Juni 2025 keduanya bersepakat mendirikan ‘Mbahmu’, nama untuk usaha angkringan mereka.
“Dengan angkringan ini kami ingin menyajikan makan murah dengan suasana sederhana ala jogja. Juga untuk mengobati kerinduan suasana Jogja yang sederhana bersahaja,” ucap Alam, sapaan Alamsyah.
Kini suasana Jogja hadir di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan. Angkringan Mbahmu di Jl. Jend. Sudirman, Kecamatan Sinjai Utara, siap menghadirkan kehangatan dengan suguhan Wedang Jahe, dan simbol kebersamaan melalui tusukan Sate dipadu padan kesederhanaan Nasi ‘Kucing’.
Oh ya.. harga nasi kucingnya ramah di dompet. Hanya Rp3.000. Yang rindu dengan sate hati ampela, sate usus, sate kulit, sate ceker, sate telur puyuh, tahu tempe bacem, tersedia di angkringan mbahmu.
Untuk merasakan kehangatan ada wedang jahe susu, wedang uwuh, dan wedang ronde.
Angkringan Mbahmu, hanya 50 meter dari perempatan Jl. Tondong – Jl. Jend. Sudirman. Akses yang mudah dijangkau. Yuk duduk lesehan di Angkringan Mbahmu !!. (Adv)
