Dusun Banoa dan Jembatan yang Dirindukan

Kepala Desa Sukamaju (pegang meteran) disaksikan Sekda Sinjai saat mengukur lebar sungai di Dusun Banoa (foto: ZAR/sinjai info)
Siswa SD 193 Jenna saat dituntun orang tuanya menyeberangi sungai yang arusnya sangat deras

Penulis: Zainal Abidin Ridwan

Sinjai.Info, Tellulimpoe,– Langit masih tampak cerah di pagi hari. Namun di sisi Barat Kampung Jenna, Dusun Banoa, awan perlahan berkumpul, menyatu dan gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Sejak sebulan terakhir hujan memang semakin rajin turun di Kampung Jenna. Imbasnya, sungai di kampung tersebut memiliki debit air yang cukup melimpah hingga mengeluarkan suara gemuruh saat airnya mengalir deras dari hulu ke hilir.

Selasa (29/5/2018), Andi Lukman lebih banyak menghabiskan waktunya di sawah. Kebetulan Hari Selasa adalah kalender merah dan absen dari aktivitas mengantar anak ke sekolah. Selain sawah, tempatnya yang lain adalah di pinggir sungai meski untuk sekadar melihat debit air saat musim hujan. Pria paruh baya ini tinggal di Dusun Banoa, namun rumahnya berada di seberang sungai. Banoa adalah potret dusun yang perkampungan warganya diantarai oleh sungai.

Jika hari sekolah, Lukman yang bermukim di wilayah tersebut sejak tahun 1992 harus membagi waktunya: di sawah dan mengantar anak ke sekolah. Pagi-pagi ia harus menuntun anaknya menyeberangi sungai untuk bisa sampai di sekolahnya. Anaknya saat ini duduk di bangku kelas 4 SD 193 Jenna. Kemudian saat siang tiba, ia kembali harus menunggui anaknya di bibir sungai dan melakoni aktivitas yang sama: menuntun anaknya melewati derasnya arus sungai agar kembali ke rumah dengan selamat. Begitu yang dilakoni saban Senin hingga Sabtu.

“Menyeberangkan anak ke sekolah dan membawanya kembali ke rumah adalah pekerjaan kami para orang tua yang tinggal di seberang sungai, pak. Ini setiap hari kami lakukan terutama pada bulan 5 atau bulan 6, karena saat itu musim ulangan semester. Dan kebetulan pada bulan itu juga sudah masuk musim hujan,” ungkap Andi Lukman.

Lanjut ungkapnya, ia dan orang tua murid lainnya tidak mau mengambil risiko dengan membiarkan anak-anak mereka menyeberangi sungai sendirian. “Lebih baik kami yang tuntun, pak. Kami tidak mau ambil risiko. Arus sungai sangat deras,” tambahnya.

Di Kampung Jenna terdapat 200 lebih Kepala keluarga. Setengahnya berada di seberang sungai dan setengahnya lagi berada di pusat perkampungan di mana terdapat sekolah dan Masjid. Kampung ini dikelilingi oleh bukit dan dibelah oleh Sungai Apareng. Pada awal bulan Mei atau menjelang Bulan Ramadan baru-baru ini, debit air sungai meninggi dan merendam areal pesawahan serta rumah warga, termasuk Masjid yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari sungai.

“Saat saya masih kecil dan sekolah di SD 193, teman kami yang tinggal di seberang sungai harus bermalam di sekitar sekolah jika air sungai meluap dan menyebabkan banjir. Seperti itulah kondisi di Banoa, sehingga saya berharap sebagai warga yang lahir dan besar di sini, kiranya pemerintah segera membangun jembatan demi keamanan anak-anak yang sekolah di SD 193,” harap Hamka, warga Kampung Jenna.

SDN 193 Jenna di Dusun Banoa, Desa Sukamaju, Kecamatan Tellulimpoe (foto: ZAR/sinjai info)

Semangat Siswa, Motivasi Bagi Guru

SDN 193 Jenna, Dusun Banoa memiliki 69 orang siswa. 30 orang diantaranya tinggal di seberang sungai. Di sekolah yang berdiri pada tahun 1982 ini terdapat 6 ruang kelas belajar, dengan jumlah guru sebanyak 12 orang. Kepala sekolahnya bernama M. Rikman.

Salah satu guru di SD tersebut, Murti, mengaku sangat betah mengajar di SDN 193. Semangat anak-anaknya untuk belajar meski harus melawan derasnya arus sungai adalah salah satu alasan. “Kadang kami harus ke sungai, pak untuk melihat anak-anak kami dituntun orang tuanya menyeberangi sungai. Kadang kami khawatir akan keselamatannya, namun di satu sisi kami juga bangga mereka memiliki semangat yang kuat untuk bersekolah,” tutur Ibu Murti yang mengajar di sekolah tersebut sejak 2012.

Yang juga membuat terharu bebernya, adalah ketika siswanya mengganti pakaian yang basah dengan seragam sekolah. Seragam sekolah siswanya memang dimasukkan ke dalam kantong plastik saat menyeberangi sungai. Murti berharap pemerintah daerah segera membangun jembatan di Sungai Jenna, karena itulah akses yang sangat dekat dengan sekolah. “Ada jalanan lain namun jaraknya cukup jauh dari perkampungan,” pungkasnya.

Kepala Desa Sukamaju (pegang meteran) disaksikan Sekda Sinjai saat mengukur lebar sungai di Dusun Banoa (foto: ZAR/sinjai info)

Sekda Sinjai: Pembangunan Jembatan di Jenna Menjadi Prioritas

Sekretaris Daerah Kabupaten Sinjai, Akbar Mu’min mengunjungi kampung Jenna, Dusun Banoa, Desa Sukamaju, Kecamatan Tellulimpoe, Selasa (29/5/2018) siang. Kampung yang berbatasan dengan Desa Lasiai, Kecamatan Sinjai Timur ini sempat menjadi viral di media sosial dan media mainstream, setelah seorang warga setempat mengunggah video yang menunjukkan orang tua dan warga setempat yang menuntun anak-anak sekolah melewati arus sungai yang cukup deras.

“Awalnya saya mendapat informasi lisan tentang video yang dimaksud saat berada di Makassar mengikuti acara di kantor BPK. Ketika pulang ke Sinjai, saya melihat tayangan beritanya di rumah yang disiarkan salah satu televisi swasta. Hal ini memperkuat keinginan saya untuk melihat langsung kampung Jenna,” tutur Sekda Sinjai usai melihat dari dekat kondisi sungai di Jenna.

Menurutnya, pembangunan jembatan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kondisi arus sungai yang cukup deras sangat membahayakan keselamatan anak-anak sekolah di kampung tersebut. “Makanya hari ini kami kumpulkan datanya, dan ada banyak opsi untuk penganggaran pembangunan jembatan di Dusun Banoa. Malah bapak Asisten satu Pemrov meminta diberikan data untuk menjajaki kemungkinan dianggarkan di APBD Provinsi. Untuk APBD Kabupaten sendiri kami akan bahas secepatnya agar diakomodir di APBD Kabupaten untuk tahun 2019,” terangnya.

Hingga pukul 3 sore, Sekda Sinjai berada di lokasi tersebut. Ia bahkan menuntun petugas dari instansi terkait melakukan pengukuran panjang jembatan yang dibutuhkan. “Panjang jembatan yang dibutuhkan sekitar 30 meter dengan tinggi empat meter. Namun harus ada talud atau semacamnya yang dibangun karena di sini rawan terjadi abrasi,” katanya lagi.

Kunjungan Sekda Sinjai ini tentu terekam dalam memori warga setempat. Setiap tutur yang keluar termasuk rencana pembangunan jembatan adalah semacam janji. Suatu saat mereka tentu akan menagihnya kembali. Yang pasti, percepatan pembangunan infrastruktur seperti jembatan di Kampung Jenna perlu sesegera mungkin dilakukan, ini untuk mengakhiri kecemasan para orang tua dan guru. Keselamatan anak-anak tetaplah yang utama. Dan pembangunan jembatan bukan perkara siapa Bupatinya, Gubernur atau Presidennya. Juga bukan soal tagar GantiPresiden atau GantiBupati. Pembangunan jembatan adalah soal kepedulian dan kemanusiaan. (*)