‘Gau Pakkaja’: Pendayagunaan Ruang Publik untuk Ketahanan Budaya

Pertunjukan Tari Kolosal Gau Pakkaja di Dermaga Cappa-Ujung, Kelurahan Lappa mengawali rangkaian acara festival budaya yang dilaksanakan PKBM Todilaling Sinjai, Sabtu (23/10) malam. (foto: agusman/sinjaiinfo)
Beberapa penari perempuan memanfaatkan geladak kapal untuk ambil bagian pada Tari Kolosal Gau Pakkaja di Dermaga Cappa-Ujung, Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara, Sabtu (23/10) malam. (foto: ZAR/sinjaiinfo)

Tak ada aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang di Dermaga Cappa-Ujung, Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai. Pada Sabtu, 23 Oktober 2021 pagi, hingga malam hari, dermaga dialih fungsi menjadi ruang publik. Banyak penonton dan ada tontonan kolosal. Nelayan sedang berpesta ‘Gau Pakkaja‘.

Oleh: Zainal Abidin Ridwan

Sabtu, 23 Oktober 2021. Fase bulan purnama masih terjadi di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Tak ada nelayan yang melaut. Namun mereka tetap bahagia berpesta di geladak kapal, di bawah siraman purnama dan lampu voltase tinggi.

Belasan kapal yang ditambatkan di dermaga, disulap menjadi panggung untuk berpesta. Di geladak kapal, puluhan perempuan berbaju bodo -pakaian adat Bugis Makassar- dengan gemulai memainkan kipas di tangan kanan, dan tangan kirinya ikut bergerak mengikuti irama musik pengiring tari.

Mereka menari berdasarkan panduan nakhoda. Sang perwira laut berteriak dari anjungan kapal saat akan terjadi perubahan gerak dan irama. Perubahan yang diasosiasikan sebagai dinamika yang dihadapi para nelayan ketika berada di laut lepas.

Sesekali sang nakhoda juga berteriak dari arah kapal, untuk memandu belasan penari pria yang memeragakan cara menangkap ikan. Panduan yang berisi sekumpulan doa agar hasil tangkapan melimpah, demi asap dapur tetap mengepul.

Puluhan penari berbaju bodo, penari pria dengan alat penangkap ikan, pemusik, dan teriakan nakhoda kapal dari arah anjungan, adalah pendukung acara pada pertunjukan Tari Kolosal Gau Pakkaja. Pertunjukan tari yang dipusatkan di Pelabuhan Cappa-Ujung, Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara.

Gau Pakkaja atau Pesta Nelayan adalah kegiatan yang diinisiasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Todilaling Kabupaten Sinjai. Kegiatan ini menggunakan dana hibah program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek. (Kemendikbud Ristek).

Tari Kolosal Gau Pakkaja oleh PKBM Todilaling melibatkan ratusan pegiat seni budaya di Kabupaten Sinjai. Tari yang menunjukkan salah satu tradisi budaya di wilayah maritim masyarakat Kelurahan Lappa, ini menjadi penanda dimulainya semua rangkaian acara Gau Pakkaja.

Ketua PKBM Todilaling, Hj. A. Ernawati Madi menjelaskan, Gau Pakkaja berlangsung hingga 30 Oktober 2021. Selain Tari Kolosal sebagai pembuka acara, juga ada jelajah kuliner Sinjai, Pameran Karya Seni Rupa, Seminar Budaya Maritim, Pertunjukan Budaya Daerah, Permainan Tradisional, dan Gerakan Budaya Sehat.

Khusus pameran karya seni rupa dan seminar budaya dipusatkan di gedung pertemuan Hotel Sinjai. Sementara permainan tradisional di Pantai Mallenreng, Kecamatan Sinjai Timur.

PKBM Todilaling patut berbangga. Dari 9.461 proposal penawaran yang masuk di Kemendikbud Ristek, hanya 144 proposal yang diterima. Salah satunya proposal Gau Pakkaja oleh PKBM Todilaling.

Di lokasi acara, melalui sambungan internet, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda memuji pelaksana acara dan pemerintah daerah. Melalui Gau Pakkaja ungkapnya, kearifan lokal tetap terjaga dan mampu memperkuat karakter serta keberagaman bangsa.

Seluruh elemen daerah juga dibuat bangga dengan hadirnya even di pesisir Sinjai ini. Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa bahkan berharap Gau Pakkaja menjadi even tahunan.

FBK 2021 mengangkat tema “Ketahanan Budaya”. Tema ini menggambarkan komitmen bahwa pada masa pandemi ini Kemendikbud tetap fokus pada ketahanan budaya Indonesia. Tema ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penciptaan karya kreatif inovatif, dokumentasi karya/pengetahuan maestro, dan pendayagunaan ruang publik.

Sedangkan untuk kriteria penerima dana, yaitu perseorangan, komunitas budaya, dan lembaga/organisasi kemasyarakatan di bidang kebudayaan. Khusus PKBM Todilaling, kategori yang diusung adalah pendayagunaan ruang publik.

FBK menurut Fitra Arda adalah bentuk dukungan yang sifatnya stimulus, dan diberikan kepada suatu kelompok kebudayaan atau masyarakat yang bersifat nonfisik. Tujuan utamanya adalah memperluas akses masyarakat pada sumber pendanaan untuk memperkuat keterlibatan publik dalam ekosistem kemajuan kebudayaan. FBK dimulai sejak tahun 2020. (*)