Kaum Milenial dalam Melihat Tantangan Perkembangan Zaman

Nur jannah Mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam (Fokus), Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai.
no
Nur jannah, Mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam (Fokus), Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai.

Penulis: Nur Jannah
(Mahasiswa Prodi KPI IAIM Sinjai)

Dunia sekarang dihadapkan dengan perkembangan tekhnologi yang semakin pesat. Tidak bisa dipungkiri banyak hal-hal yang berbau radikalisme, ekstrimisme, tersebar dengan cepat diseluruh kalangan masyarakat. Maka sangat jelas, kita butuh pemandu yang akan selalu membawa kita kembali ke jalan yang benar, hingga tidak percaya dengan hal-hal yang tersebar dengan massif.

Kaum milenial, tombak peradaban, yang akan memimpin dunia masa depan. Tapi apa jadinya jika pemuda pemudi juga termasuk korban dalam perubahan zaman? Nah ini adalah tantangan yang harus dipecahkan para kaum milenial. Bagaimana kita secara outodidak mempelajari tehnologi yang tak henti-hentinya berkembang. Tapi hal ini bukan untuk kepentingan sendiri, namun untuk mempersiapkan diri menjadi khairul ummah.

Teori mungkin adalah tujuan akhir dari ilmu pengetahuan, yakni berupa pernyataan umum yang merangkum pemahaman tentang hasil dari suatu kerja dan usaha. Namun teori dianggap sah jika pengimplemntasian dalam kehidupan sehari- hari terlihat.

Bagaimana kaum milenial bersama rekan-rekan sejawat untuk menjadi pelopor dan pemimpin masa depan, dengan menyebarkan informasi-informasi islam yang menciptakan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan untuk seluruh masyarakat tanpa melihat perbedaan dalam rumpun keindonesiaan?.

Menurut Moh. Ali Azis dalam jurnal Faridah yang berjudul urgensi implementasi strategi dakwah di era kontemporer, ada berbagai strategi yang bisa digunakan, diantaranya pertama, strategi sentimel, yaitu berfokus pada aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin masyarakat. Strategi ini mengembangkan metode pemberian nasihat, memanggil dengan kelembutan, dan memberikan pelayanan yang memuaskan.

Kedua, strategi rasional, merupakan strategi yang berfokus pada aspek akal pikiran, bagaimana mendorong masyarakat untuk berpikir, merenung dan mengambil pelajaran. Ketiga strategi indriawi, yaitu strategi eksperimen atau strategi ilmiah, berupa kumpulan metode yang berorientase pada pancaindera dan berepegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.

Di samping itu ada juga strategi-strategi yang lain. Seperti memanfaatkan media internet, baik itu facebook, instagram, whatsapp, youtube, dan lain-lain. Tidak satupun orang yang terlepas dari perkembangan tekhnologi. Sekarang segala sesuatu berbasis internet.

Sebagai kaum milenial, bagaimana cara kita menyebarkan kiat- kiat islam?. Tentu dengan menjadi salah satu pengguna dan pengamat media yang bijak, serta menjadi komunikan dan komunikator melalui konten-konten kreator yang tidak keluar dari jalur kebenaran yang mereferensikan Al-Quran dan Sunnah.

Demikian pula, sebagai kaum milenial, kita harus menerapkan inklusi terhadap perkembangan zaman di setiap tantangan dalam hal penyebaran panji-panji keislaman. Serta, juga kita sebagai pelaku atau komunikator, dalam menyebarkan informasi Islam harus secara struktur. Hingga tidak terjadi kesalah pahaman yang menumbuhkan paham-paham radikal bagi masyarakat.

Seperti yang kita semua ketahui, kini zaman terus berkembang pesat, menimbulkan ragam dampak bagi masyarakat yang langsung berpengaruh pada kehidupan.
Salah satu hal yang kerap ditemukan dalam perkembangan zaman adalah penyebaran informasi-informasi dari sumber yang tidak diketahui.

Dari informasi-informasi tersebut, banyak masyarakat awam, yang juga pengguna sosial media merasa bahwa hal tersebut benar adanya, tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu. hal itu mememerlukan perhatian khusus bagi kaum milenial dalam tantangan pengembangan zaman.

Dengan sadarnya para kaum milenial dengan tugas dan kewajibannya sebagai khalifah, maka akan mudah menyelesaikan beragam problematika yang ditemukan, hingga apa yang menjadi tujuan dari pengembangan mampu di aktualisasi kan. Dengan demikian, Islam akan besar secara sendirinya diseluruh penjuru dunia. (*)