Ada buliran air mata yang menetes di Pasar Sentral Sinjai. Air mata milik para pedagang yang kiosnya terbakar. Mereka mengais yang tersisa. Berharap masih ada sekeping aset untuk menyambung hidup.
Penulis: Zainal Abidin Ridwan
Musibah kebakaran di Pasar Sentral Sinjai, masih menyisakan duka mendalam bagi para pedagang yang kios dan lapaknya hangus terbakar.
Tak ada barang dagangan yang tersisa. Semua habis menjadi abu dan kepingan. Yang berdiri tegak hanyalah tiang beton bangunan kios.
Asnidar, salah satu pedagang pakaian grosir, kini harus mencari cara agar anaknya tetap bisa kuliah dan tak putus di tengah jalan. Pakaian yang ia jual saban hari di Pasar Sentral Sinjai, adalah sumber utama penghasilan keluarga.
“Padahal saya berencana mengirim pakaian ke pelanggan Saya di luar daerah, pak. Tapi yang mau dikirim hangus semua,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Kesedihan yang sama dialami Sudirman, pemilik lapak pabrik kelapa. Tiga mesin pabrik kelapanya hanya menyisakan rangka. Semua hangus dilalap api.
Suami dari Nuraeni ini berupaya tetap tegar. Namun saat penulis mengajaknya bicara tentang kondisinya sekarang, raut wajahnya berubah sedih. Tampak buliran bening menyembul dari bola matanya.
“Hanya rangka mesin yang tersisa, pak. Ada tiga mesin pabrik kelapa saya yang terbakar. Hanya dari usaha ini saya menghidupi keluarga, pak,” tutur Sudirman, warga Jalan Teratai, Kecamatan Sinjai Utara.
Beberapa pekan terakhir, sebelum musibah kebakaran terjadi, usaha jasa pabrik kelapa milik Sudirman paling banyak dicari karena saat ini banyak hajatan pernikahan.
Belum lagi saat bulan Ramadan dan Idul Fitri mendatang, tentu akan semakin banyak konsumen yang butuh jasanya. “Jika ditotal, harga mesin kelapa saya yang tiga unit ini sekitar 12 juta, pak. Belum lagi jualan saya lainnya yang ikut terbakar,” ungkapnya, Kamis (3/2/2022) pagi.
Sehari setelah kebakaran, kios-kios yang terbakar mulai didatangi para pemilik kios untuk mengais harta yang tersisa. Mereka sudah bebas masuk karena tak ada lagi garis polisi yang terpasang.
Baik Asnidar, pun Sudirman, datang untuk mengais yang tersisa. Berharap masih ada sekeping aset untuk menyambung hidup.
Salah satu barang penting yang juga dicari pemilik kios adalah buku piutang. Buku ini adalah aset penting bagi seorang Ike, pedagang sepatu. Di buku tersebut terdapat nama-nama pelanggannya.
Hingga hari kedua mencari, buku piutang itu tak kunjung ditemukan. Meski yakin buku itu sudah menjadi abu, Ike tetap berharap ada lembaran yang tersisa. Untuk menagih utang pelanggan, ia hanya berharap dari buku tersebut.
Selain pedagang, para pengepul juga memanfaatkan kesempatan mengumpulkan barang-barang yang bisa ditukarkan rupiah, seperti seng bekas dan potongan-potongan besi.
Kebakaran di Pasar Sentral Sinjai terjadi pada Rabu, 2 Februari 2022, sekira pukul 03.00 wita. Dari data yang ada, sedikitnya 224 kios yang hangus dilalap si jago merah.
Kios-kios yang terbakar ditempati pedagang pakaian, tas dan sepatu, barang campuran, pedagang sembako, warung, hingga pedagang sayur mayur.
Tak ada korban jiwa pada peristiwa ini. Namun berdasarkan taksiran awal Dinas Perindag dan ESDM Sinjai, kerugian yang dialami para pedagang diperkirakan mencapai dua milyar lebih. (*)