Oleh: Zainal Abidin Ridwan
Semua orang punya cara sendiri untuk membuat ekspektasi jadi kenyataan. Ada yang berjuang tak kenal lelah, ada yang terus belajar menambah kapasitas diri, pun ada yang berkolaborasi untuk menambah daya dorong dan saling mengisi.
Diantara sekian banyak orang yang berusaha mewujudkan impiannya, ada nama Ramly Usman salah satunya. Ramly, begitu ia akrab disapa, adalah pemuda dari Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sosok pemuda yang satu ini tengah meretas jalan harapannya agar jadi nyata. Apa itu? menjadikan desanya dan Sinjai sebagai pusat budidaya Kopi di Indonesia.
Ramly berdomisili di Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat. Desa ini berada di kaki Gunung Bawakaraeng. Secara geografis Desa Arabika berada di ketinggian di atas 1000 MDPL.
Menyebut nama Desa Arabika tentu mengarahkan kita pada nama jenis Kopi, yakni Kopi Arabika. Ada yang mengira bahwa di desa ini banyak terdapat Kopi Arabika sesuai dengan namanya.
Namun kenyataannya tak seperti itu. Penamaan desa ini berasal dari penggabungan lima nama dusun di wilayah tersebut. Kelima dusun ini adalah Arango, Ramah, Bondu, Idaman, Kasuarang. Ramly sendiri berdomisili di Dusun Idaman yang jaraknya tak sampai satu kilometer dari kantor desa.
Karena nama desanya terlanjur diberi nama Arabika, maka Ramly sekali mendaki dua gunung terlewati. Ia terobsesi menjadikan Desa Arabika sebagai Sentra Budidaya Kopi terkemuka di Indonesia.
“Jadi ketika orang berbicara kopi maka ingatannya langsung tertuju ke Desa Arabika. Makanya ekspektasi saya menjadikan Desa Arabika sebagai pusat budidaya kopi,” kata Ramly, kepada penulis di Rumah Olahan Kopi miliknya di Desa Arabika.
Kopi Sinjai Jadi Brand International
Ramly adalah jebolan Universitas Negeri Makassar (UNM). Saat masih mahasiswa ia banyak belajar tentang public speaking. Makanya setelah kuliah ia lebih dikenal sebagai seorang Master of Ceremony (MC). Keahliannya sebagai MC membuatnya banyak menerima job untuk tampil memandu acara formal dan hiburan di Makassar.
Selain kegiatan entertainment, Ia aktif pula menjadi relawan sosial. Dari aktivitas sosial inilah ia banyak berkenalan dengan aktivis yang rela meluangkan waktunya untuk terjun ke masyarakat dan melakukan praktik baik. Praktik yang menurutnya menyentuh sisi humanisnya sebagai mahluk sosial.
Dari aktivitas sosial inilah ia mengenal Kopi. Mengenalnya di tanah kelahirannya sendiri, Sinjai. Dari sini pula Ia akrab dengan pemuda dari Sinjai Tengah bernama Mail, yang hingga saat ini menjadi mitranya dalam mewujudkan cita-citanya menjadikan Kopi Sinjai go international.
“Saya ketemu Mail tahun 2010 di Makassar. Saya kuliah di UNM, Mail di Unismuh. Kemudian tahun 2017 di Pattongko Sinjai Tengah kami merancang usaha kopi,” tutur pria kelahiran 25 September ini.
Di tengah usahanya merintis bisnis kopi bersama Mail, Ramly melihat ada yang salah dengan budidaya kopi di Sinjai khususnya di daerah Pattongko, Kecamatan Sinjai Tengah. Bersama Mail, Ramly lalu mencari cara bagaimana wawasan petani kopi di Sinjai meningkat dan kualitas kopi mereka bisa bersaing.
“Sambil kami jalan merintis usaha kopi, kami lihat petani di sini nda ada pengetahuan kopi yang bagus sementara mereka punya lahan luas. Akhirnya perlahan kami edukasi, lalu jadilah pemberdayaan petani kopi ini,” ucapnya sambil mengisahkan bagaimana awalnya petani kopi di Sinjai memanen biji kopi hijau dan merah secara bersamaan.
“Alhamdulillah setelah diedukasi para petani kopi mulai berubah mindset-nya, dan mereka memanen kopi ketika masanya tiba alias petik merah,” tambah Ramly.
Saat ini wilayah dampingan budidaya kopi yang difokuskan Ramly masih di daerah Pattongko, Sinjai Tengah. Ia pun sudah membuat brand Kopi Pattongko dan sudah dikemas. Peminatnya banyak dari luar daerah. Di rumahnya bahkan ada green house dan rumah olah kopi.
“Tapi kami juga mulai lirik daerah pengembangan di Dusun Ambi dan Dusun Bihulo Desa Bontolempangan. Juga di Desa Barania dan Desa Gunung Perak. Semua ini di wilayah Kecamatan Sinjai Barat. Untuk memaksimalkan edukasi tentang kopi kami akan ajak diskusi seluruh kepala desa di Sinjai Barat karena memang potensinya besar,” terangnya.
Kopi Sinjai menasional bahkan go international bukan perkara sulit kata Ramly. Asalkan ungkapnya terjalin sinergi dari hulu ke hilir. Di hulu ada petani kopi yang menjaga kualitas kopi hingga pascapanen, ada pendamping dan penyuluh yang mengedukasi, ada pemerintah yang memberi stimulan, hingga di hilir ada Barista yang memiliki kompetensi mumpuni meracik kopi.
Kepada penulis, Ramly mengaku makin terobsesi mewujudkan ekspektasinya karena besarnya dukungan Pemerintah Kabupaten Sinjai dibawah kepemimpinan Pj. Bupati T.R. Fahsul Falah. Salah satu pemicunya adalah program unggulan Pj. Bupati Sinjai, yakni mewujudkan Sinjai Kota Barista.
“Saya hadir dan memandu lomba menyeduh kopi antar Barista se-Sulawesi Selatan di Sinjai. Pak Pj. Bupati bahkan hadir hingga acara selesai. Saya melihat ini adalah langkah percepatan menuju Sinjai Kota Barista, dan Kota Barista ini hanya ada di Kabupaten Sinjai. Sebagai pegiat kopi kami makin termotivasi,” tandasnya.
Pada Februari 2024, komunitas Barista Sinjai Community (basic) yang digagas Pj. Bupati Sinjai memang menggelar lomba menyeduh kopi dalam rangka HUT Kabupaten Sinjai. Lomba ini adalah implementasi program Sinjai Kota Barista.
Sebelum lomba juga digelar Pelatihan dan Sertifikasi Barista, di mana pelaksananya adalah Diskopnaker Sinjai bekerjasama lembaga Kopidukasi dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Pada setiap kesempatan, Pj. Bupati Sinjai selalu menyampaikan optimismenya akan potensi kopi di Sinjai. Geografis Sinjai dianggapnya mendukung untuk budidaya Kopi Robusta dan Arabika. (*)