Refleksi Kepemimpinan Umar bin Khattab Masa Kini

Suriati (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam IAIM Sinjai)
Suriati (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam IAIM Sinjai)

Oleh: Suriati

(Dekan Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam IAIM Sinjai)

Alkisah, tanah Arab tengah dilanda paceklik. Musim kemarau berjalan cukup panjang, membuat tanah-tanah Arab menjadi tandus. Khalifah Umar bin Khattab, kala itu tengah memimpin umat Islam menjalani tahun yang disebut Tahun Abu. Suatu malam, Khalifah Umar mengajak seorang sahabat bernama Aslam untuk mengunjungi kampung terpencil di sekitar Madinah.

Langkah Khalifah Umar terhenti di dekat sebuah tenda lusuh. Suara tangis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mengajak Aslam mendekati tenda itu, dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan. Setelah mendekat, Khalifah Umar mendapati seorang wanita dewasa tengah duduk di depan perapian. Wanita itu terlihat mengaduk-aduk bejana.

Setelah mengucapkan salam, Khalifah Umar meminta izin untuk mendekat. Usai diperbolehkan oleh wanita itu, Khalifah Umar duduk mendekat dan mulai bertanya tentang apa yang terjadi. Wanita tersebut menjawab bahwa anaknya menangis karena lapar.

Jawaban itu membuat Khalifah Umar dan Aslam tertegun. Keduanya masih terduduk di tempat semula cukup lama, sementara gadis di dalam tenda masih saja menangis dan ibunya terus saja mengaduk bejana. Perbuatan wanita itu membuat Khalifah Umar penasaran, lalu kembali bertanya tentang apa yang dimasak.

Khalifah Umar dan Aslam segera melihat isi bejana tersebut. Seketika mereka kaget melihat isi bejana itu yang ternyata batu. Wanita tersebut memasak batu untuk untuk menghibur anaknya. Wanita yang tidak mengetahui jika lawan bicaranya adalah Khalifah Umar, mengatakan bahwa inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab yang tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum.

Wanita tersebut bercerita bahwa ia seorang janda, dan belum makan sejak pagi bersama anaknya. Ia berharap ketika waktu berbuka bisa mendapatkan rezeki. Namun ternyata tidak. Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Protes wanita tersebut. Aslam sempat hendak menegur wanita itu. Tetapi, Khalifah Umar mencegahnya. Khalifah lantas menitikkan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya. Segeralah diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke Madinah.

Sesampai di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum. Tanpa mempedulikan rasa lelah, Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya. Aslam segera mencegah. Ia menawarkan diri memikul karung itu,namun ditolak Khalifah Umar yang tidak ingin Aslam menggantikan dirinya memikul beban di hari pembalasan kelak.

Khalifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke tenda tempat tinggal wanita itu.
Sesampai di sana, Khalifah Umar menyuruh Aslam membantunya menyiapkan makanan. Khalifah sendiri memasak makanan yang akan disantap oleh wanita itu dan anak-anaknya. Khalifah Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah masakannya matang. Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar terasa tenang. Makanan habis dan Khalifah Umar berpamitan. Dia juga meminta wanita tersebut menemui Khalifah keesokan harinya.

Keesokan harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin. Betapa kagetnya si wanita itu melihat sosok Amirul Mukminin, yang tidak lain adalah orang yang telah memasakkan makanan untuk dia dan anaknya. Ia meminta maaf telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim dan siap dihukum untuk itu. Namun Khalifah mengaku bahwa ia yang bersalah dan berdosa membiarkan seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaannya.

Kisah Umar bin Khattab ini harus menjadi acuan bagi semua pemimpin daerah saat ini. Salah satu bentuk refleksi dari kepemimpinan Umar bin Khattab tersebut adalah penegasan Bupati Sinjai Andi Seto Asapa (ASA) yang memerintahkan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk memperketat patroli malam.

Penegasan ini merupakan refleksi tanggung jawab moral sebagai pemimpin daerah. Hal itu dilakukan sebagai respon terhadap kasus kekerasan seksual yang mengakibatkan anak di bawah umur menjadi korbannya. Atas kejadian itu, ASA meminta agar personel Satpol PP Sinjai untuk memperketat patroli malam. Bukan hanya di Lapangan Sinjai Bersatu. Melainkan, di semua tempat yang berpotensi terjadi kasus pencabulan dan kriminalitas lainnya.

Bahkan pada beberapa media ia menegaskan bahwa kalau ada remaja yang kumpul hingga larut malam dan tidak jelas aktivitasnya, lebih baik diarahkan kembali pulang ke rumahnya, apalagi kalau ada perempuan. Selain itu, ASA turut prihatin atas apa yang dialami oleh korban. Oleh karena itu, dia berharap agar pihak berwajib memproses kasus ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini dilakukan tentunyan untuk menciptakan situasi kondusif, terutama menjaga muruah Kabupaten Sinjai yang terkenal dengan Bumi Panrita Kitta.

Instruksi dan penegasan Bupati Sinjai sebagai pemimpin daerah, merupakan refleksi kepemimpin Umar bin Khattab di masa kini. Seorang pemimpin yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin dan mencari soslusi atas permasalahan rakyat yang dipimpinnya. Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk menyejahterakan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur berdasarkan kecukupan makan dan minum belaka. Akan tetapi lebih dari itu. Kesejahteraan juga dapat dimaknai sebagai sebuah kondisi aman dan tertib pada suatu daerah, sehingga masyarakat merasakan adanya keamanan kapan dan di mana saja mereka berada di dalam daerah tersebut.

Masyarakat merasa aman terhadap ancaman pencurian, aman dari berbagai bentuk kejahatan serta aman karena setiap sudut-sudut wilayah daerahnya selalu merasa terlindungi. Dengan demikian, kasus kriminalitas yang menohok daerah kita yang berjuluk panrita kitta tidak terulang lagi.(*)

Referensi:
-Akidah Akhlak Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014
-Buku ‘The Khalifah’ karya Abdul Latip Thalib.