Oleh: Muhannis (Budayawan)
(Bagian Keempat)
Dengan aktifnya pembinaan mesjid-mesjid itu termasuk di Aruhu, Mangngarabombang, Manimpahoi dll, akhirnya muncul lagi ulama-ulama baru yang menjadi penerus dari ulama-ulama pendahulunya. Nama-nama yang muncul antara lain KH. Muh. Hasan, KH. Abd Gani, KH. Muh. Yacub, KH. Muh. Ramli, KH. Muh. Mustari dll. Seangkatan dengan mereka inilah akhirnya lahir ulama kharismatik dan paling berpengaruh di Sinjai dan tetap memiliki kharisma sampai saat ini yaitu Anre Gurutta KH. Muh. Tahir yang sering dipanggil dengan Pua Kali. Beliau muncul pertama kali ketika terpilih sebagai Takmir Mesjid Nur pada tahun 1902 menggantikan Syekh Abu. Melalui tangan dinginnyalah sehingga banyak perubahan-perubahan yang sifatnya tertuju ke arah yang lebih modernis apakah itu dalam bidang dakwah maupun dalam bidang pendidikan dan organisasi yang diupayakan dengan teman-teman seperjuangan beliau.
Keberhasilan yang dicapai antara lain adalah sebagai pendiri dari organisasi Nahdlatul Ulama, Masyumi, Hisbulwathan, Gerakan Pemuda Ansor dll. Salah satu faktor yang memungkinkan kesuksesan beliau adalah karena dia juga adalah kerabat dekat dengan raja-raja yang ada di Sinjai, selain dari kedalaman ilmunya serta dedikasi yang penuh dalam memandang pentingnya syiar Islam tentunya.
Langkah selanjutnya yang diupayakan oleh KH. Muh Tahir ini adalah dengan berupaya memajukan pendidikan formal dan dianggap sangat mendesak. Apalagi pada saat itu pendidikan masih dianggap sesuatu yang sangat mahal dan langka. Gebrakan pertama beliau adalah mendirikan pesantren sederhana di Mesjid luar Sinjai. Seiring dengan perkembangan jaman, pesantren ini dilebur menjadi Madrasah Islamiyah Al Wataniyah ( MIA ) kemudian dijadikan sekolah Muallimin.
Dengan suksesnya madrasah yang didirikan oleh KH. Muh. Tahir, maka organisasi Muhammadiyah mengikuti jejak pua Kali, dengan mendirikan madrasah pula yang waktu itu dimotori oleh Haji Muh.Sunusi, M.Tawakkal, Sulaeman Badar, M. Mannawi, pada tahun 1932. Akhirnya pada tahun 1933 barulah muncul madrasah diniyah Enam tahun dan telah banyak memasukkan ilmu-ilmu murni yang merupakan bekal bermasyarakat peserta didiknya.
Ulama-ulama kharismatik lain yang menorehkan sejarah emas dalam perkembangan Islam di Sinjai juga lahir diluar Tellu Limpoe yang berbasis di wilayah pantai. Penganjur-penganjur Islam juga hadir di daerah persekutuan Pitu Limpoe yang berbasis di wilayah pegunungan. Ulama-ulama itu antara lain adalah Puatta Bolang Daeng Maketti, seorang ulama kharismatik yang berdakwah dalam wilayah kerajaan Manimpahoi. Selain sebagai ulama yang kharismatik, beliau juga dikenal sebagai penulis dan banyak menghasilkan kitab-kitab yang bermutu tinggi. Dalam sejarah, dia juga dikenal sebagai penyalin Al-Quran dengan hiasan yang sangat indah.
Nama-nama lain yang dikenal didaerah pegunungan adalah Puatta Maccambangge di Talle yang dikenal sebagai salah seorang murid kesayangan dari Datok Ri Bandang. Masih dalam wilayah kerajaan Manimpahoi, juga ada dikenal nama Puang Barani yang merupakan murid terbaik dari Bolong Daeng Maketti. Di daerah Turungang juga muncul ulama yang sangat disegani hingga kini karena berhasil mengislamkan masyarakat pegunungan yang waktu itu sangat fanatik dengan ajaran leluhurnya yaitu Tomaeppe Daeng Situncu atau lebih populer disebut dengan Tuanta Bonto Salama. Begitu diseganinya, kuburannya tetap diziarahi hingga kini dengan bumbu cerita yang mengisyaratkan akan kepiawaian dia dalam hal keagamaan dan ilmu-ilmu lainnya yang hasilnya masih dirasakan oleh seluruh warga di Bontosalama dan sekitarnya.
Tomaeppe Daeng Situncu ini juga menghasilkan ulama-ulama baru dengan keberhasilan murid-muridnya menjadi penganjur Islam di tempat-tempat lain di Sinjai bahkan keluar Sinjai khususnya di wilayah pegunungan yang memiliki medan yang sangat sulit sebagai arena dakwah. Nama-nama guru batara di karampuang, Puang Janggo di Sereng serta beberapa ulama lain pernah turut menjadi bagian dari perkembangan Islam di Sinjai. (Bersambung)