Sejarah Masuknya Islam di Sinjai dan Perkembangannya

Oleh : Muhannis (Budayawan)

(Bagian terakhir)

Dari segi bangunan, budaya islam juga turut mempengaruhi demi untuk memperindah hunian raja dan kerabatnya pada masa lalu. Walaupun rumah-rumah dengan hiasan-hiasan Islami semakin kurang di Sinjai, tapi dari beberapa rumah yang tersisa masih cukup memberikan bukti kuat, betapa budaya Islam pernah mengakar kuat dalam sanubari seniman-seniman Sinjai.

Rumah-rumah yang dimaksud antara lain Saoraja Linrung yang dibangun oleh Toreang Daeng Matengnga yang dibangun pada tahun 1320 hijriah. Pada Soraja ini masih jelas menampakkan keanggunan yang luar biasa pada beberapa detail rumah berupa tulisan arab yang diukir demikian indah pada beberapa tiang dan bagian anjong. Hiasan-hiasan figuratif dan natural mendominasi pada tangga, sebagian dinding. Dan lebih unik lagi karena anjong depan dan belakang berbeda bentuk karena beda filosofi dipandang dari depan dan belakang.

Demikian pula dengan penggunaan simbol buah nenas pada bagian bawahnya memberikan suatu misteri kepada pengunjung. Rumah yang tak kalah indahnya adalah rumah bola barue dan bola sengnge milik Puang Akkung, cucu dari pendiri mesjid konstruksi batu pertama di Bulo-bulo juga penuh dengan hiasan –hiasan figuratif serta hiasan naturalis berupa daun-daunan mendominasi rumah ini.

Di dalam rumah ini tetap tersimpan dengan aman sebuah kitab suci Al-Quran yang merupakan salah satu kitab terindah di Sulawesi Selatan dalam kondisi yang masih utuh. Selain itu dalam rumah ini kita masih dapat melihat lontara-lontara kuno yang merupakan warisan dari I Yasafe ( kakek dari Prof.Dr.HM Idris Arief, mantan rektor UNM ). Dalam rumah inilah tersimpan lontara terbanyak dan terindah di Sinjai, walau sebagian dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Akhirnya melalui tulisan ini dapat memberikan gambaran kepada kita betapa Islam seperti yang dapat kita lihat saat ini di Sinjai, ternyata melalui liku-liku perjalanan yang panjang. Tetapi dapat kita simpulkan bahwasanya Islam masuk ke Sinjai melalui jalan damai dan diterima dengan tulus oleh warga tanpa paksaan. Dalam perjalanannya ternyata berasimilasi dengan budaya lokal. Sehingga dapat dikatakan bahwa Islam di Sinjai memiliki kekuatan transformatif dengan tetap mempertimbangkan kekuatan-kekuatan lokal. Islam tetap memberikan ruang gerak kepada warga untuk mengekspresikan segala kemampuannya semasih dalam batas-batas toleransi Islam yang digariskan oleh tuntunan syariah. (Selesai)