Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Proyek pembangunan Alun-alun Lapangan Sinjai Bersatu di Jalan Tondong Kecamatan Sinjai Utara, terus berjalan. Proyek ditargetkan tuntas pada akhir September 2023. Proyek ini awalnya mendapatkan serangkaian protes dari sejumlah elemen masyarakat. Dimulai dari para pengelola kuliner di lokasi tersebut, hingga persoalan keberadaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) proyek alun-alun.
Khusus AMDAL, beberapa aktivis mahasiswa saat membawa aspirasi di DPRD Sinjai mempertanyakan dampak lingkungan yang akan terjadi jika proyek senilai Tujuh Milyar lebih ini dilanjutkan. Pun sama dengan pertanyaan anggota DPRD Sinjai Komisi III kepada Dinas PUPR Sinjai ketika itu.
Lokasi pembangunan Alun-alun atau Lapangan Sinjai Bersatu, selama ini diharapkan menjadi daerah resapan air untuk meminimalkan terjadinya banjir di area sekitar rumah jabatan Bupati Sinjai. Hanya saja fungsi resapan itu semakin berkurang seiring disetujuinya pembangunan Alun-alun.
Faktanya, banjir besar terjadi pada Kamis (13/7/2023) dini hari. Beberapa rumah yang selama ini aman dari terjangan banjir, ternyata harus merasakan genangan air hingga di dalam rumah mereka. Bahkan ada rumah di dekat lapangan Sinjai Bersatu, juga menerima kiriman lumpur dari material timbunan proyek alun-alun yang hanyut terbawa air.
“Saya sudah tinggikan rumah saya karena selama ini jadi langganan banjir. Banjir sebelumnya aman, tapi baru banjir tadi yang bikin kaget karena air masuk ke rumah,” keluh Firman, warga Jalan Tondong.
Hal senada dikatakan Ahmad, warga Jl. Jend, Sudirman. Rumahnya memang langganan banjir, namun yang ia keluhkan adalah lumpur yang hanyut saat banjir. Lumpur ini dari lokasi pembangunan alun-alun. Saat Sinjai Info menyambangi rumahnya, Ahmad terlihat membersihkan lumpur yang memenuhi teras rumahnya.
Sementara itu pantauan Sinjai Info di lokasi pembangunan Alun-alun saat banjir, tampak drainase yang dibangun oleh pelaksana proyek tidak mampu menampung debit air meski drainasenya sudah diperlebar. (ZAR)