62 Hari Membangun Taman Surga di Menra Sinjai Barat

Ibu-ibu majelis taklim di Desa Arabika turut hadir pada acara peresmian masjid pertama di kampung Menra, Dusun Bondu. (Agusman/sinjaiinfo)

Menra adalah sebuah kampung di tengah hutan, di pegunungan Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Kanal-kanal media sosial, enam bulan terakhir, banyak mengulas tentang kampung ini. Tentang jembatan gantung dan asa warga akan hadirnya tempat untuk beribadah.

Penulis: Zainal Abidin Ridwan

Jalan hotmix disusul jalan dengan konstruksi beton yang kokoh dan kuat sepertinya akan mempercepat waktu tempuh ke Kampung Menra, Dusun Bondu, Desa Arabika. Ternyata tidak. Ada jembatan gantung di ujung jalan beton sudah menanti. Jembatan yang kelihatan telah berumur. Kayu papan yang jadi pijakan sebagian besar sudah lapuk.

Hanya jembatan gantung ini akses satu-satunya untuk bisa sampai ke kampung Menra. Jembatan representatif sepertinya masih dalam tahap pengerjaan. Seperti yang penulis lihat di sisi kanan jembatan gantung di mana aktivitas pengecoran dasar jembatan telah rampung.

Saya dan dua teman memberanikan diri melewati jembatan gantung menggunakan sepeda motor. Tentu berisiko karena beban berat akan membuat jembatan lebih sensitif. Kabel suspensi baja yang menyangga jembatan juga akan bekerja keras. Saya berjalan pelan sembari berharap cengkeraman ban Mio bekerja baik. Dan tentu saja wajib menjaga keseimbangan tubuh agar ban motor tidak keluar dari jalur titian. Berhasil.

Suasana menjelang pengguntingan pita sebagai tanda peresmian Masjid Taman Surga. (ZAR/sinjaiinfo)

Lepas dari jembatan gantung tantangan berikutnya menanti. Sepeda motor masih harus di-gas melewati jalan beton selebar 60 cm, dan selebihnya jalan tanah dengan lebar yang sama. Sepertinya memang hanya dirancang untuk dilalui sepeda motor. Khususnya sepeda motor pengangkut hasil kebun warga. Hasil kebun ini diantaranya Kopi dan Cengkih.

Tempat yang saya tuju adalah Masjid Taman Surga. Jarak jembatan gantung ke masjid tersebut hanya sekira 800 meter. Jaraknya terbilang dekat jika ditarik garis lurus. Namun berbicara jalur ke bukit atau gunung bukan tentang garis lurus, tapi tentang tebing dan tanjakan yang ekstrem. Kondisi inilah yang memicu adrenalin yang baru mereda saat tiba di tujuan lalu, disuguhi secangkir kopi dan aneka kue tradisional khas kampung Menra.

Minggu, 12 Januari 2025, Masjid Taman Surga diresmikan. Hanya butuh 62 hari untuk merampungkan masjid berukuran 6 x 8 meter ini. Termasuk cepat mengingat akses ke lokasi cukup sulit dijangkau. Persatuan dan kebersamaan warga serta relawan-lah yang membuat Masjid Taman Surga ini bisa dipakai sebelum Ramadan tiba.

“Alhamdulillah sudah ada yang dipakai warga di sini di bulan Ramadan. Waktu saya ke sini sama teman, Mail, kami berpikir harusnya ada musala di sini. Biar dari papan saja dulu. Dalam perjalanannya ternyata ada rezeki. Ada dari teman-teman dompet dhuafa, hingga akhirnya ada program televisi Jelajah Masjid Nusantara,” ucap Ramly, salah satu fasilitator yang juga warga Desa Arabika mengenang saat-saat di mana ia pertama kali ke Menra.

“Kami buat proposal dan alhamdulillah kampung Menra lolos, masuk dalam program jelajah masjid nusantara. Berawal dari tayangan inilah masjid akhirnya terbangun. Saya saja langsung sujud syukur begitu tau ada tim masjid nusantara yang survei lokasi. 62 hari masjid ini pun tuntas,” sambung Ramly yang juga pengelola Rumah Olah Kopi Sinjai.

Di Taman Surga Melangitkan Doa

Kepala Desa Arabika, Andi Harianto menyambut gembira dan penuh rasa syukur atas berdirinya Masjid Taman Surga di Kampung Menra. Ia mengucapnya singkat saat memberikan sambutan sebelum acara gunting pita.

Masjid tersebut harapnya, menjadi pusat pembinaan akhlak masyarakat khususnya generasi muda. “Saya mengajak warga sekalian untuk memakmurkan masjid kita ini. Masjid ini adalah bentuk kebersamaan kita sehingga marilah kita merawatnya, termasuk menjadikan pusat pembinaan akhlak generasi muda,” terang Kades Arabika.

Di kampung Menra ada sekira 25 kepala keluarga yang bermukim. Fasilitas listriknya juga masih swadaya masyarakat. Kondisi terbatas ini tak membuat warganya menyerah pada keadaan.

“Sebelum ada masjid di kampung ini, warga yang akan melaksanakan salat berjamaah seperti salat jum’at, harus berjalan sekitar dua kilo, dan jalanannya juga sangat susah apalagi kalau sudah hujan” ucap Kepala Dusun Bondu, Samtuwojaya, memberi gambaran bahwa tak ada kata menyerah untuk urusan beribadah kepada Allah SWT, warga Menra buktinya.

Kita tak pernah tau kapan doa-doa yang dilangitkan diijabah oleh sang maha pemberi rezeki. Bisa hari ini, esok, atau bahkan nanti berpuluh-puluh tahun. Warga Menra saja butuh waktu 60 tahun agar bisa melihat masjid berdiri megah di kampung mereka. (*)