Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Perairan Teluk Bone khususnya di wilayah Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, mengalami perubahan kualitas air yang menyebabkan sulitnya pengembangan komoditi rumput laut jenis Cottoni. Meski dipaksakan untuk ditanam proses pertumbuhannya tidak terlalu bagus, dan berpotensi menimbulkan kerugian khususnya bagi petani rumput laut.
Data ini terkuak saat Dr. Gunarto Lantama dari Fakultas Perikanan Unhas, memaparkan hasil pengamatan dan pemeriksaan kualitas air laut yang dilakukan pihaknya di perairan Pulau Kambuno, Pasi Loangnge, Pulau Batang Lampe, dan Pulau Kodingare.
“Pada empat lokasi tersebut kami amati dan ambil sampel airnya sejak bulan April hingga November 2018. Kesimpulan awal kami, rumput laut jenis Cottoni akan sulit tumbuh dikarenakan kualitas air, suhu air, atau mungkin ada masalah dinutrisi air lautnya,” ungkap Dr. Gunarto, usai memaparkan hasil penelitiannya di Aula Balitbang Sinjai, Senin (10/12/2018) pagi.
Lanjut ungkapnya, penanaman rumput laut di perairan Pulau Sembilan lebih bagus dilakukan pada bulan April hingga Mei. Namun untuk jenis Cottoni, katanya, kalaupun dipaksakan ditanam maka akan berhadapan dengan kondisi di mana pertumbuhannya tidak terlalu bagus.
“Namun saran saya lebih baik jangan dipaksakan ditanam, karena pertumbuhan yang tidak bagus berdampak pada produktivitas rumput laut,” tambahnya.
Ada dua jenis rumput laut yang selama ini dikembangkan di Kabupaten Sinjai, yakni jenis Spinosum dan Cottoni. Namun untuk soal harga, Cottoni lebih mahal dan menjanjikan. Kendati harga jualnya mahal, petani rumput laut di Pulau Sembilan lebih banyak menanam Spinosum karena Cottoni sangat sulit untuk tumbuh.
“Cottoni sudah tidak bisa tumbuh baik di Pulau Sembilan sejak banjir bandang 2006 silam di Sinjai. Padahal sebelum banjir bandang Cottoni tumbuh subur. Saya nda tau apakah ini ada kaitannya,” kata salah satu penyuluh, Sumono, yang turut hadir di Balitbang.
Sementara itu Kepala Balitbang Sinjai, Asdar Amal Darmawan usai acara mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kerjasama pihaknya dengan Fakultas Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
“Kami bekerjasama untuk penelitian kualitas air di empat lokasi di Pulau Sembilan. Penelitian dilakukan karena kami mendapatkan laporan bahwa rumput laut jenis Cottoni yang sebenarnya berprospek bagus justru tidak bisa tumbuh. Padahal jika mengacu pada data sebelum tahun 2006, rumput laut jenis ini justru tumbuh bagus dan digeluti masyarakat setempat,” beber Kepala Balitbang.
Asdar berharap setelah rekomendasi ia terima dari tim Dr. Gunarto, akan dijadikan acuan dalam menentukan langkah selanjutnya oleh Organisasi Perangkat Daerah yang mengurusi tentang pengembangan rumput laut ini.
“Jangan sampai OPD terkait menganggarkan pembelian bibit Cottoni untuk dikembangkan di Pulau Sembilan, padahal faktanya itu tidak bisa tumbuh,” pungkasnya. (ZAR)