Barista Makassar Bicara Kopi di Festival Kampong Lappara

Founder Kopi Pattongko Sinjai, Ramly (baju kuning) memandu bincang-bincang kopi di Festival Kampong Lappara II Desa Kompang, Kec. Sinjai Tengah, Sabtu (6/11). Panitia menghadirkan 3 Barista dari Kota Makassar. (foto: Agusman/sinjaiinfo)

Sinjai.Info, Sinjai Tengah,– Tiga Barista dari Kota Makassar hadir pada Festival Kampong Lappara II di Dusun Bonto, Desa Kompang, Kecamatan Sinjai Tengah, Sabtu (6/11/2021). Ketiganya adalah Iqbal Dulman (kopilicius), Muhammad Sain (manakopi), dan Wawan (gerobak kopi toraja).

Ketiganya datang memenuhi undangan panitia untuk mengisi materi pada bincang-bincang tentang kopi. Soal kopi dari hulu ke hilir dikupas tuntas pada acara yang dipandung langsung oleh Founder Kopi Pattongko Sinjai, Ramly.

Dalam materinya, ketiganya sepakat bahwa edukasi tentang kopi kepada pelanggan kafe, kedai atau warkop sangatlah penting. Terlebih kopi tersebut dibudidayakan oleh para petani kopi di Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Sinjai.

“Kalau cara saya mengedukasi pelanggan adalah dengan memajang semua jenis kopi di kedai. Ada kopi dari Bantaeng, Sinjai, Gowa, dan Toraja. Kadang ada yang bertanya bedanya kopi-kopi tersebut. Di sinilah kesempatan saya menjelaskan kepada mereka. Bahkan jika penasaran, saya tawarkan kepada mereka untuk mencoba rasa dari masing-masing kopi tersebut,” urai Iqbal Dulman.

Sementara itu Muhammad Sain dan Wawan menekankan pentingnya proses pengolahan kopi dimulai dari hulu. Pengolahan yang baik akan menentukan kualitas kopi, pun saat sudah berada di tangan Barista. “Barista itu hanya beberapa persen memberi sentuhan. Kunci dari kualitas kopi itu dimulai sejak kopi dibudidayakan oleh petani di hulu,” jelas Wawan diamini Muhammad Sain.

Ketiga narasumber ini juga memuji kualitas Kopi Pattongko Sinjai. “Selain Robusta dan Arabika, kita juga mengenal jenis kopi lain yakni Excelsa dan Liberika. Ternyata Liberika juga ditemukan di Kampong Lappara. Ini luar biasa sekali,” tambah Iqbal Dulman menyatakan kekagumannya. Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari wilayah Liberica, Afrika Barat. Liberika termasuk kopi yang mahal karena saat diseduh, akan tercium aroma buah dan bunga.

“Tidak ada Barista kalau tidak ada petani kopi.” tutup Iqbal mengakhiri paparannya diikuti dua narasumber lainnya. Selain bincang-bincang kopi, Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Kampong Lappara sebagai panitia pelaksana juga mengadakan dialog budaya dengan narasumber Abidin Wakur dari Komunitas Tobonga. Pada acara malam harinya diisi dengan seni gambus Lappara, dan pertunjukan teater dari komunitas Tobonga.

(Agusman/ZAR)