Penulis: Zainal Abidin Ridwan
Sinjai.Info, Tellulimpoe,– Sekilas fisiknya masih terlihat kuat dalam balutan seragam merah yang ia kenakan. Namun ia tak mampu menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat sangat lelah.
Wahyu, demikian nama pemuda ini sebagaimana tertulis di dada kanan dari seragam yang ia pakai. Bandung, Jawa Barat adalah daerah asalnya.
Namun sudah sepekan Wahyu jauh dari keluarga, dan harus menjalankan puasa Ramadan di Dusun Banoa, Desa Sukamaju, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai. Bukan di rumah penduduk, tapi Wahyu mendirikan tenda di bibir sungai Kambuno, Dusun Banoa. Ia tidur, makan sahur, dan buka puasa di tenda berlabel Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Wahyu tak sendiri. Ada enam orang rekannya yang tergabung di lembaga Vertical Rescue Indonesia (VRI) yang harus menginap di tenda demi misi kemanusiaan dan kepedulian: membangun jembatan gantung di Sungai Kambuno, Dusun Banoa.
“Alhamdulillah respon warga di sini bagus. Kami dijamu dengan baik dan sudah seperti keluarga kami. Untuk jembatan, kami bisa selesaikan selama 4 hari,” jelas Wahyu diamini rekannya di VRI, Beni.
Jembatan gantung sepanjang 50 meter yang membelah sungai Kambuno dibangun selama 4 hari. Ada personil TNI dari Kodim 1424 Sinjai yang turut telibat pada misi tersebut. Mereka bahu membahu memasang tiang pancang jembatan di dua sisi sungai, membentangkan dan merajut 400 meter tali sling, hingga memotong 50 meter kayu untuk dijadikan papan pijakan jembatan.
Lebar jembatan gantung di Sungai Kambuno adalah 120 sentimeter, itu jika diukur dari lebar papan yang dijadikan pijakan untuk menyeberang. Sementara tinggi jembatan dari dasar sungai adalah 4 meter.
“Jembatan ini tidak menggunakan kontruksi cor beton. Tali sling yang membentang dan berfungsi sebagai penahan beban kami tanam di tanah dengan kedalaman 120 sentimeter, ditanam bersama batu besar dan kayu sebagai penahan,” terang Wahyu.
Ia juga menceritakan proses pembangunan jembatan yang berawal dari koordinasi Komandan Kodim (DANDIM) 1424 Sinjai, Letkol Inf Oo Sahrojat kepada pihaknya, dan menyampaikan adanya Video viral, yakni siswa SD yang harus berenang saat pergi dan pulang sekolah. “Sebelum kami turun, video yang viral itu diverifikasi kemudian ada tim yang survei lokasi,” pungkasnya.
VRI adalah lembaga yang beralamat di Bandung, Jawa Barat. Lembaga ini adalah tempat berhimpunnya para pecinta alam dan pemanjat tebing. Salah satu programnya adalah pembangunan seribu jembatan gantung di Indonesia.
Hingga saat ini sudah 56 jembatan gantung yang dibangun VRI di berbagai daerah di Indonesia. Khusus Jembatan di Sungai Kambuno, adalah jembatan gantung pertama yang dikerjakan oleh VRI bekerjasama Kodim 1424 Sinjai di Sulawesi Selatan.
“Untuk keselamatan, kami harap ada antrian warga saat menyeberang. Maksimal tiga orang. Semoga jembatan ini makin mempermudah akses masyarakat. Namun yang terpenting adalah bagaimana warga memeliharanya,” pesan Komandan Satgas Seribu Jembatan Gantung VRI, Tedi Ixidiana, usai peresmian jembatan.
Letkol Inf. Oo Sahrojat: Kami Tidak Ingin Ada Korban Jiwa
Pada tanggal 29 Mei 2018, Sekretaris Daerah Kabupaten Sinjai, Akbar Mu’min meninjau kondisi sungai di Dusun Banoa yang sempat viral di Media Sosial dan ditayangkan sejumlah Media Televisi Nasional.
Saat berada di lokasi, Akbar mendapati kondisi yang ternyata tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat. Membangun jembatan dalam waktu dekat tidak bisa dilakukan jika mengikuti alur penganggaran di Pemerintah Daerah. Pemerintah berani menganggarkan, namun pekerjaan hanya dapat dilakukan pada tahun 2019.
Mengetahui hal tersebut, Dandim 1424 Sinjai, Letkol Inf Oo Sahrojat, turun tangan. Ia menghubungi rekannya yang punya link ke Vertical Rescue Indonesia (VRI) Bandung. Upaya berbuah hasil. VRI menurunkan tim untuk melakukan survey awal, dan hanya butuh waktu sepekan Loading peralatan di lokasi dilakukan personil TNI dari Kodim 1424 Sinjai dan VRI.
“Salah satu tugas TNI adalah operasi militer selain perang, yakni membantu tugas pemerintah di daerah. Ketika kami tahu bahwa butuh waktu lama merealisasikan pembangunan jembatan oleh Pemda Sinjai, maka kami bekerjasama dengan VRI membangun jembatan gantung. Tentu kami dari TNI tidak ingin melihat ada anak-anak kita yang menjadi korban hanya karena di kampungnya tidak ada akses berupa jembatan. Kami juga ingin melihat mereka berangkat dan pulang sekolah tanpa diliputi rasa was-was,” tutur Letkol Inf Oo Sahrojat, saat acara peresmiaan jembatan. Saat Jembatan Banoa dibuat, Sahrojat baru 3 bulan bertugas di Sinjai sebagai Dandim setelah sebelumnya bertugas di Sulawesi Tenggara.
Jembatan mampu diselesaikan dengan cepat. Hanya butuh 4 hari. Personil TNI dan VRI memang memaksimalkan waktu yang ada demi mempercepat hadirnya yang diharapkan masyarakat setempat, yakni jembatan gantung. Bulan Puasa tidak menjadi halangan bagi personil TNI untuk menuntaskan pembangunan jembatan yang sangat didambakan oleh warga.
Aparat Desa dan Warga Menyambut Gembira
Warga Dusun Banoa datang berbondong-bondong menyaksikan peresmian jembatan gantung di Sungai Kambuno, Rabu (13/06/2018) pagi. Tak ketinggalan pula aparat pemerintahan dari Kecamatan Tellu Limpoe dan Desa Sukamaju.
Mereka berdecak kagum dan menyambut gembira dibangunnya jembatan gantung di wilayahnya. “Awalnya kami tak percaya jembatan dikerjakan selama empat hari. Ternyata terbukti sangat cepat prosesnya. Terima kasih atas bantuannya,” ucap Kepala Desa Sukamaju, Kamaruddin.
Kamaruddin juga mengapresiasi kesederhanaan yang ditunjukkan personil TNI dan VRI yang memilih menginap di tenda. “Kami sebenarnya sudah siapkan rumah, tapi mereka memilih tidur di tenda yang mereka dirikan di dekat sungai,” tambahnya.
Pujian yang sama datang dari pemuda setempat, Syarif. Ia juga memuji kerja-kerja TNI dan VRI yang dengan cepat membangun jembatan gantung. ‘Alhamdulillah, adik-adik kami tidak perlu berenang lagi kalau mau ke sekolah,” katanya.
Kini para orang tua yang berada di Dusun Banoa terutama yang tinggal di seberang sungai, tidak perlu khawatir dan cemas lagi ketika anaknya harus berenang saat berangkat ke sekolah. Pun mereka tidak perlu repot lagi menuntun anak-anaknya menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras terutama saat bulan Mei dan Juni.
Jembatan gantung dibangun untuk tujuan sementara atau darurat. Dan kedepan warga setempat menaruh harapan dibangunnya jembatan permanen yang tidak hanya berfungsi sebagai penyeberangan orang, namun juga berfungsi membuka akses secara umum demi meningkatkan roda perekonomian warga di Desa Sukamaju. Jika TNI dan VRI mampu melakukan, tentu Pemerintah Daerah juga harus bisa berbuat seperti yang didambakan warganya. (*)