Karang Taruna dan Rumah Baca Wija Gagas School Garden

Kepada pengurus Karang Taruna, Reskiana, Ph.D, peneliti alumnus Universitas Tokyo (tengah) memperlihatkan sampel tanah, arang sekam, dan sekam murni, serta menjelaskan pengaruhnya bagi tanaman jika diolah menjadi media tanam. (foto: panpel)
Kepada pengurus Karang Taruna, Reskiana, Ph.D, peneliti alumnus Universitas Tokyo (tengah) memperlihatkan sampel tanah, arang sekam, dan sekam murni, serta menjelaskan pengaruhnya bagi tanaman jika diolah menjadi media tanam. (foto: panpel)

Sinjai.Info, Sinjai Timur,– Bincang-bincang tani bertajuk ORGANIK atau Obrolan, Gagasan, Inovasi dan Kreativitas, sukses dilaksanakan pengurus Karang Taruna Kabupaten Sinjai bersama Rumah Baca Wanua Sijai, Kamis (03/12/2020) pagi.

ORGANIK bertempat di Dare’ Baca Bakae, Desa Saukang, Kecamatan Sinjai Timur. Kegiatan ini dibuka Ketua Umum Karang Taruna Sinjai, A. Adry Ismawan Putra, dan dipandu Founder Rumah Baca Wanua Sijai yang juga Sekretaris Karang Taruna Sinjai, Zainal Abidin Ridwan.

Adry dalam arahannya menyambut baik tagline ORGANIK, sebagai sebuah konsep acara bernuansa santai namun menghasilkan inovasi dan kreativitas. Terlebih diadakan di ruang terbuka.

“Saya berharap kegiatan ini berlanjut. Berikutnya kita adakan lagi dengan nama yang sama namun tema berbeda. Pada intinya, mari kita berbuat untuk kemajuan Sinjai dan Karang Taruna,” harapnya.

Karang Taruna menghadirkan Reskiana, Ph.D dan Awaluddin Adil sebagai narasumber. Reskiana adalah peneliti alumnus Universitas Tokyo, Jepang yang juga petani Melon. Sementara Awaluddin, selain mengelola Dare Baca dan praktisi pertanian, juga menjabat sebagai Wakil Ketua Karang Taruna Sinjai.

Tema sentral pada kegiatan ini adalah pengembangan pertanian organik di Sinjai. “Produk atau komoditi yang dihasilkan dari pertanian organik tentu bermanfaat positif bagi kesehatan. Selain itu ramah lingkungan dan cocok untuk konsep pertanian berkelanjutan,” jelas Reskiana, dalam pengantarnya.

Konsep pertanian organik ungkap Reskiana, yang menyelesaikan S2 di IPB Bogor ini, butuh kesabaran dan konsistensi. Berbeda dengan penggunaan pupuk kimia yang prosesnya cepat namun efeknya merusak.

“Menggunakan pupuk kimia mungkin akan mempercepat proses atau menghasilkan buah, misalnya. Namun itu akan merusak struktur tanah, dan mengancam kelestarian lingkungan,” terangnya. Hal ini dipertegas Awaluddin Adil.

“Arang sekam itu bisa dijadikan media tanam. Jerami di sawah setiap selesai panen, jangan dibakar karena bisa dimanfaatkan untuk pertanian organik. Saya saja menggunakan kotoran sapi pada lahan saya,” kata Reskiana dan Awaluddin.

Usai acara, pengurus Karang Taruna dan peserta sepakat mengelola sebuah lahan percontohan pertanian organik, yang ke depan dirancang sebagai School Garden dan ekowisata.

(agusman/satrianingsih)