PDAM Sinjai, Ironi Peraih TOP BUMD 2018

Tampak pekerjaan tanggul sementara oleh pihak PDAM Sinjai untuk mencegah masuknya air asin di intake PDAM beberapa waktu lalu. (foto: doc pdam)
Tampak pekerjaan tanggul sementara oleh pihak PDAM Sinjai untuk mencegah masuknya air asin di intake PDAM (foto: doc pdam)

Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sinjai kembali menuai sorotan masyarakat. Mereka adalah pelanggan setia PDAM Sinjai, khususnya di wilayah Kecamatan Sinjai Utara. Air kiriman PDAM mengandung kadar garam yang tinggi alias asin adalah penyebabnya. Kondisi ini sudah berlangsung selama sepekan.

Wakil Bupati Sinjai A. Kartini Ottong, bahkan harus turun tangan merespon banyaknya keluhan warga yang berseliweran di Media Sosial. Melalui pesan singkat, ia menuturkan bahwa saat ini PDAM terus bekerja, terutama membendung sumber air baku di Sungai Tangka, di sekitar instalasi PDAM yang mulai bercampur air laut.

“Saya sudah hubungi Direktur PDAM Sinjai. PDAM sudah menurunkan alat berat untuk membuat bendungan sementara. Saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Sinjai, yang mengalami ketidaknyamanan atas kualitas air PDAM Sinjai,” ungkap Wakil Bupati, awal pekan ini.

Persoalan air asin yang masuk ke keran-keran milik pelanggan, bukan kali ini saja terjadi. Kondisi ini sudah menjadi kalender tahunan, terutama saat musim kemarau tiba. Pada kondisi ini, debit air Sungai Tangka menurun. Sehingga saat pasang air laut terjadi, air baku dari aliran Sungai Tangka di area pompa produksi PDAM, di daerah Lamatti Rilau terkontaminasi air laut.

Namun persoalan pelik yang dialami perusahaan ‘pelat merah’ tersebut, tidak hanya terjadi saat musim kemarau. Pada musim hujan pun setali tiga uang. Bukan air asin, tapi air keruh. Pelanggan mengistilahkan: air PDAM dengan bonus timbunan untuk material bangunan. Jika mengacu pada prakiraan awal musim hujan 2018/2019 yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk zona musim di Sulawesi Selatan, maka Sinjai akan mulai diguyur hujan pada Bulan November dan Desember 2018. Jadi pelanggan tentu harus kembali bersiap menghadapi kiriman air keruh.

Ketika masalah air asin dan air keruh kerap terjadi, dan dikeluhkan oleh sebagian besar pelanggan, maka PDAM selalu bertindak cepat mengatasinya. Hanya saja langkah penanganannya cuma bersifat sementara. Seperti membuat tanggul dari karung-karung yang diisi pasir dan batu untuk membendung masuknya pasang air laut. Kemudian membersihkan pompa-pompa air yang terendam lumpur ketika musim hujan tiba untuk mencegah tingginya tingkat kekeruhan.

“Sejak 10 Oktober kami buat tanggul darurat sepanjang 70 meter, tinggi dua meter, dan lebar tiga meter yang memotong Daerah Aliran Sungai Tangka. Ini bertujuan meningkatkan volume air baku dan mencegah interusi air laut. Target penyelesaiannya tiga hari bekerja sama Dinas PUPR Kabupaten Sinjai,” tulis Direktur PDAM Sinjai Suratman, pada siaran pers yang ia kirim ke Dinas Kominfo.

Sementara itu pelanggan PDAM Sinjai di Kelurahan Balangnipa Hilal Yusuf, memahami persoalan yang kerap membelit BUMD yang beralamat di Kelurahan Bongki tersebut. Namun ungkapnya, manusiawi juga jika pelanggan yang rajin membayar kemudian menuntut kuantitas dan kualitas air dari PDAM.

“Intinya sebagai pelanggan saya berharap, PDAM dapat mengatasi persoalan air asin yang bercampur dengan air baku PDAM. Dan semoga (air) PDAM yang bersumber dari Balantieng Sinjai Borong cepat rampung dan berfungsi,” kata Hilal Yusuf, Kamis (11/10/2018) malam.

Bendungan Permanen Sebatas Survei

Upaya perbaikan kualitas dan kuantitas air bersih terus dilakukan PDAM Sinjai. Namun upaya luar biasa dan permanen tetap dibutuhkan, demi kenyamanan dan kepuasan para pelanggan. Salah satu langkah yang telah dilakukan antara lain mengusulkan pembangunan bendungan permanen ke Direktur Jenderal Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.

“Sudah 10 tahun diusulkan bendung permanen ke Dirjen PSDA PUPR RI. Malah sudah disurvei dan diukur tapi belum ada realisasi,” tulis Suratman, melalui pesan WA yang dikirim ke Sinjai Info. Data hasil survei tersebut ungkapnya, ada di PUPR Kabupaten Sinjai bidang SDA.

Sebagai direktur, Suratman memaklumi keluhan pelanggan PDAM Sinjai. Olehnya, ia berharap untuk urusan air baku, dinas terkait turut memikiran solusinya.

“Tugas pokok PDAM mengolah dan mendistribusikan air sistem perpipaan. Kalau air baku urusan PSDA, pengelola sumber daya air PUPR,” tambahnya.

Saat ini PDAM Sinjai melayani sekira 7 ribu lebih pelanggan. Sebagai BUMD, PDAM dituntut meraup Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan membiayai operasional sehari-hari. Untuk operasional, PDAM juga mendapat kucuran dana penyertaan modal dari pemerintah daerah.

Dengan sumber pembiayaan yang jelas, PDAM semestinya mampu mengatasi persoalan yang kerap membelit. “Sebagai perusahaan, PDAM semestinya lebih kreatif mencari solusi. Jika urusan air baku menjadi domain PSDA, maka apa inovasi atau terobosan yang dilakukan PDAM pada aspek pengolahan air bakunya sebelum didistribusikan ke pelanggan?,” tanya Saktiawan kepada Sinjai Info, Jumat (12/10/2018) pagi.

Rendahnya kualitas air PDAM Sinjai pernah menjadi temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang melakukan audit memorandum PDAM Sinjai tahun buku 2014. Namun setelahnya, kinerja PDAM terus bergerak naik. Kinerja yang membaik ini akhirnya mendapat penghargaan TOP BUMD 2018 dalam kategori perbaikan kinerja. Penghargaan diberikan di Balai Kartini Jakarta, pada tanggal 3 Mei 2018.

Kinerja PDAM Sinjai yang melakukan perbaikan menuju akses pelayanan air bersih 100 persen sesuai RPJM Nasional 2015 -2019, tentu menjadi kebanggan dan prestasi tersendiri. Namun ini sekaligus tantangan ketika PDAM Sinjai yang berlabel TOP BUMD, harus menghadapi kenyataan: belum mampu menuntaskan persoalan distribusi air asin dan air keruh ke pelanggannya. (*)