Pedagang Masakan Jadi Keluhkan Kelangkaan Minyak Goreng

Pemilik usaha masakan jadi/rumahan di Kabupaten Sinjai mengeluhkan kelangkaan minyak goreng, dan mahalnya harga Kedelai. Mereka harus menyiasati kondisi ini agar tetap bisa berjualan. (foto: Agusman/sinjaiinfo)
Pemilik usaha masakan jadi/rumahan di Kabupaten Sinjai mengeluhkan kelangkaan minyak goreng, dan mahalnya harga Kedelai. Mereka harus menyiasati kondisi ini agar tetap bisa berjualan. (foto: Agusman/sinjaiinfo)

Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Minyak goreng masih langka di pasaran. Pun jika ada, harganya tak sesuai dengan pengumuman pemerintah soal penurunan harga minyak goreng. Kondisi ini masih dikeluhkan sebagian besar masyarakat Sinjai, terutama mereka yang mengelola usaha jasa masakan jadi.

Salah satu pemilik usaha jasa masakan jadi, A. Sriwana Malkab (48 tahun) mengaku jika minyak goreng masih langka di pasaran. Untuk mendapatkan minyak goreng kemasan, dirinya harus berusaha keras mencari hingga ke luar kecamatan. Pemilik usaha bernama Dapur Baskal ini memakai minyak kemasan karena lebih unggul kualitas.

“Kalau masalah minyak goreng, pak itu sangat langka betul. Kadang kita masuk di toko satu ke toko lainnya, tidak ada biasa. Kita harus mencari kemana-mana,” keluhnya, saat ditemui Sinjai Info di tempat usaha miliknya di Jalan Baso Kalaka, Kecamatan Sinjai Utara, Kamis (24/2/2022) pagi.

Minyak goreng yang ia gunakan sekarang, tambahnya adalah minyak goreng yang ia beli di Pasar Baringeng, Kecamatan Sinjai Timur.

“Saat langkanya ini minyak goreng, saya beli di toko-toko yang ada di Pasar Baringeng kalau saya lewat di sana. Kadang juga saya ke Pasar Sentral Sinjai dan pelelangan ikan. Saat puncak kelangkaan, saya coba cari di tetangga yang biasa menjual, tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” tambah A. Sriwana.

Kurangi Porsi Tahu Tempe

Menu Tahu dan Tempe menjadi salah satu andalan dan selalu tersaji di Dapur Baskal. Hanya saja sejak harga Kedelai naik dan pengusaha Tahu Tempe menaikkan harga jual, mau tak mau A. Sriwana Malkab harus menyiasati kondisi tersebut.

Ia terpaksa mengurangi porsi yang diberikan kepada pelanggan, namun dengan harga yang tetap sama sebelum harga Kedelai naik.

“Tahu dan Tempe juga jadi kendala, pak. Karena ada kenaikan harga. Dulu harga Tempe itu tiga potong lima ribu, sekarang tinggal dua potong. Begitu juga Tahu,” jelasnya. Sriwana berharap minyak goreng tidak lagi langka, dan harga Kedelai kembali normal.

(Agusman/ZAR)