Peneliti dari BRIN Paparkan Hasil Sekolah Lapang di Desa Salohe

Pelaksanaan evaluasi dan seminar hasil dari pelaksanaan sekolah lapang yang diadakan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Seminar bertempat di Aula Bappeda Sinjai, Senin (6/6) pagi. (foto: Agusman/sinjaiinfo)
Pelaksanaan evaluasi dan seminar hasil dari pelaksanaan sekolah lapang yang diadakan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Seminar bertempat di Aula Bappeda Sinjai, Senin (6/6) pagi. (foto: Agusman/sinjaiinfo)

Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Reskiana Saefuddin, Ph.D bersama Dosen dan Peneliti Universitas Ichsan Gorontalo Zulham Sirajuddin, Ph.D, memaparkan hasil evaluasi dan diseminasi Pengembangan Irigasi Mikro untuk Pertanian Skala Kecil.

Seminar hasil dari program bernama ‘Capable’ ini bertempat di Aula Bappeda Kabupaten Sinjai, Senin (6/6/2022) pagi. Sekretaris Bappeda Sinjai, Muhammad Abrar Awali, hadir membuka acara mewakili Kepala Bappeda Sinjai.

Sekretaris Beppeda Sinjai mengatakan, kegiatan ini sangat baik dan dapat mengembangkan pertanian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sinjai.

“Kami sampaikan terima kasih, dan program ini mudah-mudahan sukses kedepannya dan bisa direplikasi lebih banyak oleh petani-petani kita yang ada di Kabupaten Sinjai,” kata Sekretaris Bappeda. Abrar berharap, informasi dari hasil kegiatan ini bisa lebih menyebar lagi agar petani lain terinspirasi untuk membuat hal yang sama.

Dalam paparannya, Zulham dan Reskiana menjelaskan tujuan dari pelaksanaan Pelatihan Sistem Irigasi Mikro bagi Kelompok Tani yang mereka adakan di Desa Salohe, Kecamatan Sinjai Timur adalah untuk mengetahui peralatan yang digunakan, untuk mengetahui cara perakitan dan pemasangan alat, serta
untuk mengtahui cara perawatan alat agar dapat terus berkelanjutan sistem teknologi irigasi mikro tersebut.

“Kami praktikkan cara membuat irigasi menggunakan teknik irigasi cincin, sprinkler, dan irigasi tetes. Semua jenis irigasi ini bisa digunakan, asalkan disesuaikan dengan kondisi lahan dan geografis wilayah. Kami hanya berikan tiga opsi yang bisa digunakan para petani,” terang Reskiana dan Zulham.

Adapun rekomendasi yang ditawarkan para peneliti ini, yakni Petani dapat mencoba irigasi mikro di lahan sendiri, dibutuhkan dukungan Pemda untuk memfasilitasi adopsi luas irigasi mikro, serta dibutuhkan dukungan perguruan tinggi untuk memperluas adopsi melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat.

Program Capable oleh dua peneliti ini mendapat dukungan dari lembaga APN, Pusat studi Sumber Daya Alam (PSSDA) LPPM Unhas, Universitas Ichsan Gorontalo, dan Pemkab Sinjai.

Selain OPD teknis, kegiatan ini turut dihadiri beberapa alumni Sekolah Lapang dari Kelompok Wanita Tani California dan kelompok tani Mamenge, serta pemuda Karang Taruna.

(Agusman)