‘Sekolah bersama orang tua’ bukan sekadar kolaborasi antara lembaga pendidikan dengan orang tua murid. Juga tentang peran bersama dalam mengawal proses tumbuh kembang anak.
***
Sinjai.Info, Sinjai Utara,– Hanifa Ash Shidqiyah, 5 tahun, memegang kuat-kuat pelepah Palem yang ditarik ayahnya. Ia mencoba menjaga keseimbangan tubuhnya agar tak jatuh saat ayahnya, Ahmad Junaedi Razak menarik pelepah Palem hingga garis finis. Hanifa dan ayahnya di posisi buncit. Mereka kalah dari tiga pasang peserta lainnya. Hanifah tak kecewa. Ia justru senang dan tertawa bisa bermain bersama ayahnya di acara sekolah.
Hanifa adalah satu dari 70 anak yang bermain pelepah Palem bersama orang tuanya di ruang terbuka hijau Lapangan Nasional Sinjai, Sabtu, 26 Agustus 2023. Kegiatan bernama ‘Sekolah bersama orang tua’ ini digagas TK Thoriqul Jannah. Selain murid-murid TK, peserta didik dari Kelompok Bermain (KB) Thoriqul Jannah juga dilibatkan. Sesuai nama programnya, kegiatan ini wajib dihadiri para orang tua murid.
Sebagai orang tua, Ahmad Junaedi Razak mengapresiasi kegiatan yang digagas TK Thoriqul Jannah. Ini kali pertama ia bermain bersama anaknya di acara sekolah, di ruang publik dan disaksikan orang banyak. Ia bersyukur anaknya tak canggung, dan bisa menikmati semua permainan yang diarahkan guru pembimbing.
“Tadi ada permainan menggendong anak. Juga ada permainan menarik anak menggunakan pelepah Palem. Bagi saya, permainan ini makin mendekatkan saya dengan anak. Makin akrab meski ada di ruang publik. Anak saya juga senang karena bisa bermain bersama ayahnya,” tutur Dedi, sapaan Ahmad Junaedi Razak.
Kebahagiaan yang sama dirasakan Any Akhas. Ibu dari murid TK Thoriqul Jannah bernama Fikri ini senangnya bukan main. Ia senang melihat anaknya sangat menikmati ragam permainan yang diberikan guru pembimbing. Juga bahagia menyaksikan anaknya ada perkembangan dari sisi kemampuan motoriknya.
Usia Fikri menginjak 7 tahun. Kemampuan motoriknya terus dilatih dan diasah, baik oleh kedua orang tuanya maupun oleh guru pembimbingnya di taman kanak-kanak. Any Akhas mengaku kemampuan motorik anaknya masih terasa kurang, sehingga menjadi tugas baginya juga suaminya, Irwan Syam, untuk mengasahnya.
“Anak saya tipenya slow respon. Kadang malas bergerak. Saya berkesimpulan mungkin kemampuan motoriknya yang perlu ditingkatkan. Tapi sejak dibimbing sama gurunya, kemampuan motoriknya terus berkembang. Saya juga senang karena ada program sekolah bersama orang tua sehingga ini menambah kedekatan kami dengan anak, dan bisa lebih tahu proses tumbuh kembang anak kami,” tuturnya.
Menghadirkan orang tua untuk belajar dan bermain bersama anaknya di sekolah atau taman kanak-kanak, adalah praktik baik dalam membangun hubungan emosional antara guru, anak, dan orang tua. Ini juga dalam rangka memenuhi kebutuhan anak akan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman. Juga menjadi wadah bagi orang tua dalam menemu kenali proses tumbuh kembang anaknya.
Kehadiran orang tua, khususnya sosok ayah juga penting bagi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Hal tersebut menjadi penekanan yang disampaikan Kepala TK Thoriqul Jannah Sinjai, Deska Triati. Melalui program ‘Sekolah bersama orang tua’, ia secara khusus meminta kepada seluruh ayah dari murid-muridnya untuk terlibat aktif.
Partisipasi ayah ungkapnya, menjadi stimulasi untuk mendekatkan ayah dengan anak. “Kehadiran ayah ini juga akan menepis anggapan atau istilah bahwa Indonesia itu fatherless country. Kehadiran ayah akan memberikan kelekatan atau bounding antara dia dan anaknya,” terang Deska Triati.
Fatherless country yang dimaksud Kepala TK Thoriqul Jannah Sinjai adalah kondisi di mana peran ayah di Indonesia masih dianggap rendah dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak. Namun label ‘Fatherless country’ ini masih menjadi perdebatan bagi sebagian kalangan, khususnya aktivis dan pemerhati anak. Belum ada data ilmiah yang tersaji lengkap, baik secara kualitatif pun kuantitatif soal label ini.
Bagi Deska Triati, peran kedua orang tua dalam proses tumbuh kembang anak dan memberikan anak hak-haknya seperti hak untuk bermain, sangat besar manfaatnya bagi pembangunan di Indonesia. Program yang digagas pihaknya dan digelar sekali setahun adalah bentuk sinergi sekolah dengan orang tua untuk pembinaan anak usia dini.
“Tujuan dari program sekolah bersama orang tua ini adalah memberikan sebuah konstruksi pendidikan bagi pembangunan Indonesia agar pendidikan bisa lebih berbasis keluarga,” harapnya.
Soal permainan yang dihadirkan pada program ‘Sekolah bersama orang tua’, Deska mengaku itu merupakan kewajiban lembaga pendidikan agar anak bisa mengakses hak-haknya, seperti hak untuk bermain serta hak untuk tumbuh dan berkembang. “Juga terkait sinergi antara sekolah dan orang tua demi tumbuh kembang anak yang lebih baik,” tandasnya.
‘Sekolah bersama orang tua’ di TK Thoriqul Jannah bukan sekadar kolaborasi antara lembaga pendidikan dengan orang tua murid. Juga tentang peran bersama dalam mengawal proses tumbuh kembang anak.
(zainal abidin)