Tim KKN Tematik ENJ UNHAS: Stop Perusakan Terumbu Karang

Tim KKN Tematik ENJ UNHAS saat melakukan Transplantasi Terumbu Karang (foto: doc KKN UNHAS)
Tim KKN Tematik ENJ UNHAS saat melakukan Transplantasi Terumbu Karang (foto: doc KKN UNHAS)

Sinjai.Info, Pulau Sembilan,– Kerusakan terumbu karang merupakan permasalahan utama yang ada di Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat terkait pembangunan berkelanjutan, dan cara pandang melihat laut hanya sebagai obyek yang siap untuk dieksploitasi.

Atas dasar tersebut,Tim KKN Tematik Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) Universitas Hasanuddin (UNHAS) mengadakan transplantasi Terumbu Karang sebagai bentuk kepedulian terhadap alam. Proses transplantasi ini sendiri berakhir pada 11 Agustus 2018 di Perairan Pulau Sembilan.

Sebelum melakukan transplantasi Terumbu Karang, Tim KKN Tematik ENJ UNHAS sudah memonitoring dan mengukur lokasi yang sebelumnya telah dilakukan penanaman bibit pada tanggal 6 Agustus 2018.

“Kami minta agar pihak Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia serta pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sinjai menindak tegas para pelaku, dan oknum-oknum yang menggunakan bius saat mencari ikan. Penggunaan bius telah banyak menyumbang kerusakan ekosistem di laut. Kami juga meminta pihak keamanan tidak lepas tanggung jawab atas permasalahan ini,” urai Muhammad Ashari dari Divisi Lingkungan yang merupakan Mahasiswa Perikanan Unhas.

Ashari juga berharap kegiatan mereka menjadi pemantik agar pemerintah setempat dan masyarakat segera menghentikan penggunaan alat tangkap ilegal dan segera membenahi lautan.

Sejak tahun 1980-an, masyarakat Pulau Sembilan sebagian besar bekerja sebagai Pengebom Ikan terutama sebagian masyarakat yang ada di Pulau Kambuno, Pulau Kodingare dan Pulau Kanalo. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Munsi Lampe, Antropolog Lulusan Belanda yang juga merupakan dosen di Unversitas Hasanuddin. Ia telah meneliti di Pulau Sembilan sejak tahun 1979.

Dalam penelitiannya, Munsi Lampe mengurai bahwa penyelam di Pulau Sembilan awalnya mencari teripang. Seiring berjalannya waktu mulai banyak yang menggunakan alat tangkap bom dan bius serta mengganti alatnya dengan menggunakan kompresor, sehingga banyak menimbulkan cacat fisik akibat bom dan lumpuh akibat keterbatasan pengetahuan terkait menyelam dengan aman. (ZAR)