Sembuh dari Covid-19, Mifta: Terima Kasih Dokter dan Perawat

Miftahul Jannah, 22 tahun (pakai cadar) saat berada di rumahnya di Desa Songing, Kecamatan Sinjai Selatan, sehari setelah ia diperbolehkan pulang usai menjalani isolasi di RSUD Sinjai. Ia berterima kasih kepada Dokter dan Perawat. (foto: S. Bahri)

Sembuh dari Covid-19, Mifta: Terima Kasih Dokter dan Perawat

laporan: Zainal Abidin Ridwan

Miftahul Jannah, 22 tahun (pakai cadar) saat berada di rumahnya di Desa Songing, Kecamatan Sinjai Selatan, sehari setelah ia diperbolehkan pulang usai menjalani isolasi di RSUD Sinjai. Ia berterima kasih kepada Dokter dan Perawat. (foto: S. Bahri)

Lima pasien positif Virus Corona Virus Desease (Covid-19) di Kabupaten Sinjai dinyatakan sembuh setelah menjalani masa isolasi dan perawatan di RSUD Sinjai. Miftahul Jannah, 22 tahun, adalah satu dari lima pasien yang sukses menjalani masa 14 hari di ruang isolasi. Satu harapannya saat diperbolehkan pulang: bertemu malam Lailatul Qadar.

Miftahul Jannah adalah warga Desa Songing, Kecamatan Sinjai Selatan. Ia adalah Santriwati dari Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Divonis positif Covid-19 berdasarkan tes swab meski telah beberapa hari menghirup udara segar di kampungnya, dan berkumpul dengan orang tuanya. Saat divonis positif covid, Miftahul Jannah dan beberapa temannya yang lain diberi label Klaster Temboro.

Pada Jumat (15/05/2020), anak pertama dari tiga bersaudara ini diperbolehkan pulang oleh gugus tugas penanganan covid-19. Tes swab akhir melaporkan covid-19 tak bersamanya lagi. Sepertinya asupan gizi dan penanganan oleh tim medis RSUD Sinjai berhasil membuatnya terbebas dari korona. Tentu ditopang oleh kemauannya yang kuat sembari menjaga Salatnya selama melewati masa-masa 14 hari di RSUD Sinjai.

Penulis sebenarnya ingin mengunjunginya di Desa Songing untuk mengulik lebih jauh pengalamannya selama menjalani isolasi di rumah sakit. Namun urung dilakukan. Saya memilih menyapanya via Whatsapp, Minggu (17/05/2020) sore. Saya meminta nomor teleponnya dari seorang teman, wartawan.

“Assalamu ‘Alaikum w w. Maaf menyita waktunya. Bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?” begitu tulis saya melalui Whatsapp. Tentu Saya mengawalinya dengan memperkenalkan diri.

Tidak sampai semenit ia membalas pesan yang saya kirim. Jadilah kami saling WA selama 15 menit lamanya. Mifta, sapaan akrabnya, mengungkapkan selama menjalani perawatan dan isolasi di rumah sakit, Ia bersama santri lainnya yang juga dinyatakan positif Covid-19 memanfaatkan waktu untuk membaca Al-Quran. Dalam 14 hari isolasi, Mifta berhasil khatam Al Quran sebanyak tiga kali. “Saya manfaatkan betul membaca Al-Quran dan tamat tiga kali, 30 juz,” jelasnya.

Melalui pesan WA Ia memerinci kegiatan apa saja yang dilakukan di dalam kamar isolasi, berawal dari Sahur, Salat Subuh, baca Al-Quran, Salawatan, hingga bersiap-siap menunggu dokter dan perawat datang mengontrol kondisi kesehatannya. “Setelah Salat Ashar kami baca zikir, surat-surat penting, lalu jam lima kita istiqotsah bareng-bareng hingga waktu berbuka puasa,” tulisnya rinci.

Membaca pesan WA-nya, saya merasa tak satupun waktu yang sia-sia. Mifta dan semua teman-temannya memanfaatkan momen tersebut untuk makin dekat kepada sang maha pencipta. Ia juga memindahkan kebiasaan saat di pesantren ke rumah sakit seperti kebiasaan Salat Duha dan amalan sunnah lainnya.

“Selama di rumah sakit, ada nda kamu kenal dokter atau perawat?” tulis saya penuh selidik.

“Yaah, kenal. Kadang kala kita bercanda sama mereka. Apalagi kita punya grup WA” balasnya. Pada kalimat ini saya berhenti sejenak. Saya berpikir, pertanyaan saya ini sepertinya ia sukai. Ada semacam kisah menarik atau kesan suka cita yang akan Mifta sampaikan.

“Ada nama dokter atau perawat yang paling dikenal?” tanya saya lagi.

“Nda hafal semua, kak. Seingat saya kk Anton, kk lina, kk maelani. Yang saya tau direkturnya (direktur RSUD) juga sering ke ruangan kami mengontrol kesehatan kami,” tulisnya. Ia lupa nama Direktur RSUD.

“Dokter Amaluddin?” tanya saya mengingatkan nama Direktur RSUD Sinjai.

“Iyye,cocok. Saya ingat, sempat baca papan namanya,” terangnya. Sepertinya ia senang saya mengingatkan.

Mifta berterima kasih kepada para dokter dan perawat di RSUD Sinjai. Ia meminta kepada penulis untuk sekali lagi menyampaikan ucapan terima kasihnya.

“Buat kakak perawat yang sabar menghadapi kami, terima kasih selalu menuruti kemauan kami. Terima kasih telah memberikan pemahaman karena sejak awal kami benar-benar tidak menerima kondisi ini. Maaf kalau selama ini kami menyusahkan kalian, dan mungkin ada kata-kata yang menyinggung perasaan kakak sekalian. Semoga kakak sekalian juga bisa segera berkumpul dengan keluarga,” tulisnya menumpahkan perasaan.

Setelah sembuh dari covid-19 dan berkumpul kembali bersama keluarganya, Mifta mengaku akan tetap mengikuti anjuran pemerintah. Ia tak lupa mengajak masyarakat lainnya untuk melakukan hal yang sama. Jangan panik tapi jangan terlalu abai, pesannya.

“Kita ini mahluk, covid ini juga mahluk. Jangan sampai rasa takut kita ini kepada mahluk Allah lebih besar daripada yang menciptakan mahluk tersebut. Intinya, terus ikuti anjuran pemerintah, jangan terlalu panik tapi jangan juga terlalu abai,” pesannya. Setelah di rumah, Ia kembali menjalankan rutinitas ibadah seperti yang diajarkan di Pesantren. Mifta berharap pada Ramadan kali ini bertemu malam Lailatul Qadar. (*)